Kamar tidur yang lengkap dengan poster Song Hye Gyo, artis Korea pemeran Full House terpampang dimana-mana. Nico hanya merebahkan badan dan menatap jelas poster Song Hye Gyo bersama Rain. Ia berpikir seandainya saja dia bisa seperti itu, pasti akan bahagia banget. Tapi Nico belum bisa mendapatkan cinta pertama yang ia idam-idamkan dan ia cari selama ini.
“Eh ngapain kamu lihat tuh poster?? Timpal Ivan sahabat karib Nico.
“Nggak ngapa-ngapain kok. Cuma pengin aja kayak mereka...” jawab Nico.
“Cari dong. Kamu kan di skul terkenal cool n banyak cewek yang naksir ma kamu??”
“Iya...iya tapi kalau aku suka tuh Cuma naksir aja belum ada yang bisa dibilang cinta...” tutur Nico.
“Ah kamu ini Nico. Dibilangin malah gitu??” kesal Ivan.
“Ya udah yuk berangkat sekarang aja daripada bahas soal cinta melulu. Nanti keburu telat lho lesnya??”
“OK dech sob...!!”
Akhirnya Nico dan Ivan meninggalkan kamar Nico yang lengkap dengan poster Song Hye Gyo itu dengan canda mereka berdua.
J J J
Persiapan lomba olympiade segera dimulai. SMA 1 Gebog, tempat Nico sekolah mulai menyeleksi siapa yang ikut olympiade. Olympiade Matematika diwakili oleh Heri dan Shanty dan Sains oleh Arsya dan Bella, anak-anak IPA. Nico terpilih mengikuti Geografi dan teman sekelasnya Sheila, cewek cantik dan cerdas yang banyak disukai cowok-cowok SMA 1 Gebog. Masing-masing olympiade mata pelajaran didikuti oleh dua siswa. Akhirnya Pak Hadi, selaku guru geografi memberi materi tambahan di ruang Lab Bahasa. Lab yang hanya diisi oleh ketiga orang itu terasa sangat menbuat grogi Nico.
“Nico, kamu ngapain kok kayak bingung gitu??” tanya Sheila dengan suara lembutnya.
“Nggak kok Sheila. Aku Cuma kaget aja kok aku bisa terpilih ikut olympiade dan bisa denganmu lagi...” jawab Nico sekenanya.
“Ah...kamu ini Nico, ada-ada saja” senyum Sheila kepada Nico.
Pak Hadi yang sedari tadi melihat ulah merekapun hanya tersenyum dan melanjutkan menerangkan materi tambahan geografi.
Satu jam berlalu tanpa terasa penambahan materi yang diterangkan Pak Hadi selesai. Kini Nico dan Sheila kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran selanjtunya. Pukul 13.30 bel tanda pulang berbunyi. Nico masih saja di dalam kelas. Ivan yang melihatnya akhirnya menghampiri.
“Nico, kamu nggak pulang??” tanya Ivan.
“Iya ini aku mau pulang. Aku lagi nyari modul yang diberi Pak Hadi tadi. Kok gak ada dimana ya??” bingung Nico sambil menggaruk-garuk kepalanya.
“Coba ingat-ingat lagi” jelas Ivan.
Sejenak kemudian Nico mengingat-ingat sambil berjalan mondar-mandir.
“Oh iya...!!! Aku ingat modulnya dipinjam sama Sheila” pungkas Nico.
“Ya Sheila udah pulang tuh...”
“Ya gimana dong. Besok harus ngerjain contoh soal dari Pak Hadi??”
“Ke rumahnya aja kan beres??” saran Ivan menjawab temannya yang kebingungan.
“Yah...masak aku ke rumahnya?? Rumahnya di purwosari lagi...”
“Lha mau gimana lagi?? Daripada besok dikasih soal Pak Hadi malah kamu gak bisa jawab?? Kan malah gak jadi ikut olympiade nantinya??”
“OK dech. Nanti sore aku tak kesana. Berarti aku gak jadi latihan karate lho!!!”
“Ya aku ngerti kok, nanti tak absenkan kamu tenang aja...” timpal Ivan menyakinkan.
J J J
Suara adzan ashar yang melantunkan nama Allah terdengar menggema dimana-mana. Nico baru saja sampai rumah karena tadi dipanggil Pak Hadi dikantor. Nico kemudian masuk kamar, istirahat sebentar, mandi, sholat lalu ganti pakaian untuk segera ke rumah Sheila. Lalu ia menuju garasi untuk pergi mengendarai motor. Ibunya yang melihat segera memanggilnya.
“Nico...kok buru-buru mau kemana to??” tanya Ibunya penasaran.
“Mau ke rumah temen pa Bu. Buku Nico dipinjam”
“Lha makan dulu to?? Masak pergi dengan perut kosong?? Saran Ibuya khawatir.
“Nanti aja Bu, nanti Nico beli diluar aja. Ya udah Bu Nico berangkat dulu (menghampiri Ibunya tuk salaman) Assalamualaikum!!!” ucap Nico.
“Walaikumsalam. Hati-hati dijalan...”
“OK tenang aja Bu...”
Motor Nico melaju meninggalkan rumahnya. Sepuluh menint kemudian sampailah Nico di depan rumah Sheila di purwosari. Rumah megah yang dihiasi oleh tanaman bunga matahari membuat Nico terkagum-kagum. Perlahan-lahan Nico melangkahkan kaki menuju pintu. Di ketuknya pintu yang berukiran jepara itu. Tak lama kemudian pintu itu dibuka oleh lelaki setengah baya. Mungkin itu ayah Sheila.
“Permisi Pak. Sheilanya ada?? Saya teman SMAnya..” kata Nico sopan.
“Oh...Sheilanya lagi pergi ke warung sebelah tuh!!! Tadi disuruh ibunya beli gula. Tunggu aja Nak paling bentar lagi juga pulang. Mari masuk!!!” ajak lelaki setengah baya itu.
Nicopun akhirnya masuk ke ruang tamu yang indah. Tampak didinding lukisan suasana pasar yang menarik membuat Nico semakin kagum. Tak lama kemudian seorang bidadari cantik datang dan memanggil nama Nico.
“Nico...???” kata Sheila.
“Eh Sheila...” spontan Nico.
“Kamu disini?? Ada perlu apa??” tanya Sheila.
“Itu modulku kan kamu pinjam?? Udah kamu fotokopy belum??” tanya Nico.
“Waduh belum tuh...ya udah tak fotokopy dulu...” jawab Sheila.
“Ya udah tak anterin dulu yuk sekalian aku tak ajak ke Ramayana mau gak??” ajak Nico pada Sheila.
“OK tapi ngapain kita ke Ramayana segala Nico??” tanya Sheila penasaran,
“Aku mau beli baju kok. Tolong sekalian anterin aku ya??” pinta Nico memelas.
“Baik dech tapi janan lama-lama ya soalnya besok kita kan mau dites sama pak Hadi??” terang Sheila menjelaskan.
“OK dech yuk berangkat sekarang. Kamu bawa helm ya??”
“Don’t worry Nico...!!!” jawabnya.
Akhirnya mereka berdua kini berboncengan. Entah kenapa waktu Nico memboncengkan Sheila getaran-getaran cinta merasuk dalam diri Nico. Ia mulai merasakan panah asmara menancap dihatinya. Getaran-getaran itu sangat terasa lagi ketika tanpa sengaja tangan putih Sheila memeluknya. Hati Nico semakin tidak karuan. Lima menit berlalu tak terasa motor Nico sudah masuk di parkiran Ramayana tapi sebelumnya mereka sudah fotokopy modul buat latihan soal besok. Nico dan Sheila kini memasuki Ramayana. Merekapun langsung naik ke lantai 2 tujuan Nico membeli baju. Di tempat baju-baju Nico memilih-milih baju sementara Sheila asyik memilihkan baju yang pas buat Nico. Selang beberapa saat Sheila datang dengan membawa baju warna merah.
“Nico...!!! Baju warna merah ini bagus?? Gambarnya orang lagi jatuh cinta lagi???” candanya lalu mengepaskan di badan Nico.
Seketika mereka saling berpandangan satu sama lain. Tapi segera Nico menjawab pertanyaan Sheila tadi.
“Wah kok kamu tahu warna kesukaanku sih Sheil???”
“Ah paling kebenaran aja kok milihnya” jawabnya dengan malu.
“Ya udah aku pilih baju yang kamu pilihkan aja. Sebagai ucapan terima kasih kamu tak traktir di Red Crispy mau??”
“Wah kok jadi ngrepotin kamu sih udah difotokopykan,dibeliin es tong ji, sekarang mau ditraktir makan??”
“Gak papa kok Sheila. Yuk langsung kesana aja nanti keburu magrib lho malah gak jadi entar...”
Akhirnya mereka berdua meninggalkan Ramayana menuju Red Crispy yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Ramayana. Dan kini perasaan suka Nico pada Sheila tumbuh pada hati kecilnya yang mulai menemukan cintanya. Cinta yang Nico idam-idamkan dan ia cari selama ini. Kemudian Nico mulai memberanikan diri untuk bertanya pada Sheila.
“Sheila...!!!” gumam Nico.
“Ya Nico ada apa??” jawabnya sambil minum fanta merahnya.
“Ehm...kamu kan cantik pasti udah punya pacar??”
“Apa pacar??? Hahaha... Nggak kok aku tuh masih jomblo kok. Emange kenapa kalau aku udah punya pacar??” tanyanya balik.
“Ooo belum ya?? Tapi yang naksir ma kamu kan banyak??” tanya Nico lagi.
“Ah..kamu ini Nico udah dibilangin lum punya pacar gak percaya. Apa kamu naksir ya ma aku??” godanya pada Nico.
“Nggak kok aku cuma kagum aja kok ma kamu...” jawab Nico singkat.
“Ya udah yuk pulang dah mau magrib nich...” ajak Sheila lalu menarik tangan Nico.
J J J
Hari dimana olympiade akhirnya dimulai. Para siswa SMA 1 Gebog kini mulai berlomba bersaing untuk mendapatkan yang terbaik untuk sekolahnya tercinta. Nico dan Sheila kini mnegikuti lomba di SMA 1 Kudus.
“Gimana Sheil?? Kamu dah siap bertempur??” tanya Nico.
“Insya Allah aku siap Nico...” jawab Sheila
Tiba-tiba Sheila memegang tangan Nico dan menggegam tangannya dengann erat sambil berkata.
“Nico...!!! Kalau diantara kita ada yang juara kamu mau gak jadi soulmateku??”
Nico bagaikan disambar petir mendengar kata-kata Sheila padanya. Ia tidak bisa menjawab tapi Sang Bidadari itu menanti jawaban dari mulutnya.
“Nico?? Kok gak kamu jawab?? Mau apa gak??” tanyanya lagi.
“Ehm...ehm...mau Sheil, malah udah dari dulu aku itu mendam rasa padamu..” jawab Nico dengan raut muka yang mulai memerah.
“Makasih ya Nic. Semoga kita bisa menjunjung nama sekolah kita”
Akhirnya lomba olympiade dimulai. Nico ddan Sheila kini bertempur bersaing dengan peserta dari SMA se kabupaten Kudus. Rentang dua jam berlalu hari yang mulai pagi kini hampir menjadi siang. Tepat jam 11.00 olymiapade selesai. Tampak wajah Nico yang mulai keringatan. Sheila yang melihatnya langsung menghampiri dan memberikan tissu pada Nico.
“Nico..!!! Kamu keringatan tuh. Nih bersihkan pakai tissu (menyerahkan tissu pada Nico)”
“Makasih Sheil. Kamu baik banget..!!!”
Kemudian mereka berdua saling pandang satu sama lain. Suara pak Hadi memanggil mereka dan pandangan mereka terhenti.
J J J
Pengumuman lomba Olyimpiade
Hari ini hari dimana pengumuman Lomba olympiade diumumkan. Hati Nico berdebar dengan kencang. Mengapa dia begitu menantikannya?? Sebab dihari ini dimana dia atau Sheila menang cintanya yang sudah terpendam akan berakhir dengan kebahagiaan. Pak Hadi memanggil Nico dan Sheila.
“Nico...!!! Sheila...!!!” ucap Pak Hadi.
“Gimana hasil lombanya pak?? Apakah diantara kita ada yang menang??” tanya Sheila tak sabar.
“Alhamdulillah olympiade geografi kita juara semua. Kamu Nico juara I dan Sheila juara Harapan I” jelas Pak Hadi dengan gembiranya.
“Ya Allah... Alhamdulillah terima kasih banyak Kau telah mengabulkan doaku. Terima kasih banyak ya Pak Hadi...!!!” senang Nico.
“Ya Pak Hadi terima kasih berarti nama SMA kita semakin terkenal” timpal Sheila sambil senyum.
“Iya ini juga berkat kerja keras kalian berdua. Bapak juga mengucapkan terima kasih pada kalian yang bisa mengharumkan nama SMA kita ini”.
“Iya pak sama-sama” jawab Nico dan Sheila bersamaan.
Nico dan Sheila kemudian balik ke kelas. Dalam perjalanan dari kantor ke kelas Sheila lalu berkata.
“Nico..!!! Pengumuman lomba telah diumumkan berarti kamu menerima aku kan jadi soulmatemu??”
“Iya Sheil, aku terima kamu kok. Tapi kamu harus janji ya jangan pernah duakan aku apalagi menyakiti aku. Karena kamu adalah cinta pertamaku dan kamu juga adalah cinta yang aku cari selama ini. Kamu bisa kan tuk memegang janji ini” kata Nico pada Sheila.
“Iya aku janji Nic, aku akan setia padamu dan aku tidak akan pernah berpaling pada lainnya” jawab Sheila.
Lalu Nico memegang tangan Sheila yang putih dan lembut itu.
J J J
Hari demi hari. Siang berganti malam. Nico dan Sheila bagaikan Romeo dan Juliet yang sedang memadu cinta. Mereka saling mencintai dan menyanyangi. Tapi itu hanya berlangsung tiga bulan. Pengkhianatan mulai merasuk ke dalam hati Nico. Sheila kini mulai berpaling padanya.
“Sheil, kamu kok gak pernah balas smsku ataupun kalau aku telpon gak pernah kamu angkat??” tanya Nico curiga.
“Ah ngapain balas smsmu?? Smsmu itu cuma gitu doang. Apalagi kalau kamu nelpon aku bikin bosen tahu gak??” jawabnya sadis.
“Kamu kenapa sih tiba-tiba berubah??” kata Nico rada keras.
“Ah...udah-udah. Kamu gak usah ngatur-ngatur aku dech?? Cepetan pulang sana...!!!” bentak Sheila.
Nico yang mendengarnya langsung berbalik arah meninggalkan Sheila yang sibuk dengan hpnya sendiri.
Dalam perjalanan pulang Nico sangat marah. Sampai rumah ia langsung segera ke kamarnya dan menelpon Ivan. Lima menit kemudian Ivan datang.
“Ivan, kamu tahu gak kenapa waktu-waktu ini Sheila berubah??” tanyanya pada sahabat karibnya.
“Gak tahu tuh. Tapi kemarin pas kamu ikut lomba paduan suara itu. Dia itu bicara sama Toni anak IPA. Gak tahu apa yang diomongin Sheila apa aku hanya curiga aja kenapa Sheila kok ngomongnya kayak mesra gitu” jawab Ivan.
“Kamu kok gitu ngomongnya Van?? Masak dia mengingkari janji yang dia buat waktu pertama kali dia bilang suka sama aku??”
“Ya kita coba selidiki aja apa yang sebenarnya terjadi pada Sheila”
“Iya kita coba aja Van. Ada apa dibalik semua ini. Kenapa tiba-tiba dia berubah drastis”
“Oh iya Nico?? Kenapa kita tidak tanyakan pada sahabatnya Tia?? Sheila kemana-mana kan sama Tia terus??” saran Ivan.
“Oh iya-ya aku lupa. Ya udah nanti sore kita ke rumahnya aja Van” jawab Nico.
Sore harinya Nico dan Ivan ke rumah Tia. Kebetulan Tia ada dirumahnya.
“Tia, kamu tahu gak kenapa sikap Sheila akhir-akhir ini berubah??” tanya Nico serius.
“Gak tahu sama sekali kok Nic, aku juga heran kenapa dia tidak jalan bareng sama kamu??” jawab Tia berbalik tanya.
“Oh kamu juga gak tahu ya?? Tapi kamu tahu kegiatan Sheila seminggu ini??”
“Oh iya aku inget hari sabtu depan ini dia mau ke pameran di GOR Wergu Wetan. Katanya sih mau ngajak aku tapi karena aku pergi ke rumah Budheku di pati. Jadi aku gak ikut” terang Tia.
Ivan yang mendengar segera menimpal.
“Heh brow.. kita selidiki saja hari sabtu depan itu. Aku yakin dia itu udah main belakang sama kamu??” yakin Ivan.
“Masak dia segitunya sama aku Van?? Tia aku mohon sabtu depan kamu ikut kita ke pameran ya. Tolong aku?? Please??...” pinta Nico.
“Ya udah Nic. Aku mau bantu kamu” jawab Tia.
“Makasih banyak Tia..!!!”
“Ya sama-sama”
J J J
Pameran GOR Wergu Wetan
Hari sabtu kini telah hadir. Rasa hati Nico sangat tidak karuan. Nico merasa ada rasa yang akan membuat dia terluka hatinya. Bersama dengan Ivan dan Tia kini Nico sudah berada di Pameran GOR Wergu Wetan. Mereka bertiga datang lebih awal untuk mengetahui apa yang terjadi pada Sheila minggu-minggu ini.
Akhirnya waktu yang dinanti mereka datang juga. Dari kejauhan tampak Sheila bersama cowok lain. Sheila menggandeng cowok itu. Dan ternyata cowok itu adalah Toni anak IPA yang sering ngobrol dengan Sheila. Nico yang melihatnya sudah sangat marah dan segera menghampiri Sheila dan Toni.
“Sheila...!!!” panggil Nico dengan suara yang keras.
“Oh Nico ada apa ya??” jawabnya dengan tanpa rasa bersalah.
Di tariknya tangan Sheila dari Toni. Tapi Toni menghalau tangan Nico.
“Heh...Brow?? Ada apa sih ini??” tanyanya bingung.
“Maaf Ton, ini urusan aku dengan Sheila. Boleh aku bicara baik-baik dengannya??” pinta Nico.
“Ya udah gak papa” luluh Toni.
Ditariknya tangan Sheila menuju tempat yang tidak terlalu ramai oleh pengunjung. Lalu merekapun berbicara empat mata dengan tatapan yang saling benci.
“Sheil...!!! Kenapa kamu bisa jalan sama Toni??” tanya Nico baik-baik.
Tapi jawaban Sheila mengejutkan Nico yang baru pertama kali merasakan cinta.
“Ya terserah aku dong. Sekarang aku dan kamu tidak ada apa-apanya lagi..!!”
“Apa katamu Sheil?? Kamu bilang kita gak ada apa-apanya. Kita ini sepasang kekasih..??” jawabnya dengan nada agak keras.
“Aku minta sekarang kita putus...” jawab Sheila dengan santai.
“OK Sheila, kalau itu keputusanmu yang terbaik aku terima. Tapi kamu nggak ingat janji kita berdua waktu baru jadian??” kata Nico dengan menundukkan kepalanya.
“Janji apa sih. Aku nggak pernah buat janji sama kamu kok. Udah-udah aku mau lihat-lihat sama Toni lagi” jawab Sheila lalu meninggalkan Nico yang terdiam bagaikan patung yang hampir rapuh.
Betapa hancur hati Nico. Cinta yang ia rasakan harus berakhir dengan sakit. Hancur sudah kini hati Nico dan lebih dari berkeping-keping. Kini cinta pertamanya kandas. Kandas di tengah jalan dan tak bisa lagi tuk menggapai jalan cinta itu. Nico tertatih untuk menggapai jalan cinta itu.
Melihat kesedihan yang dirasakan oleh sahabatnya, Ivan dan Tia segera menghampirinya.
“Nico, biarlah dia begitu. Toh masih banyak cewek yang naksir sama kamu..!!” hibur Tia.
“Benar Nic, gak usah dipikirin biarin Sheila berbuat gitu. Cinta itu tidak cuma satu. Masih banyak cinta yang ngantri menunggu kamu” timpal Ivan.
“Makasih banyak Van, Tia. Kalian berdua emang sahabatku yang baik. Sekarang aku sudah tahu sakit hati itu seperti apa. Aku baru tahu cinta itu bagaimana kadang indah kadang juga seperti cinta pertamaku yang kandas. Tapi aku itu sangat mencintai Sheila meskipun dia sudah ada dipelukan yang lain” jawab Nico dengan perasaan yang sedih.
“Sudahlah Nic, cinta pertama memang tidak bisa dilupakan. Tapi jangan sampai cinta itu mengganggu kamu. Ya udah yuk kita pulang aja” ajak Ivan menggiring Nico.
“Ya udah Van, Tia kita pulang aja aku tidak mau berlama-lama disini” jawab Nico dengan raut muka sedih.