Minggu, 21 Agustus 2011

KETULUSAN CINTA YANG SUCI


Sinar bulan yang menemani aku menyusuri jalan masih saja membuatku gundah. Sejak sore tadi aku putuskan untuk pergi dari rumah karena aku tak sanggup mendengar pertengkaran antara mama dan papa. Aku khawatir kalau pada akhirnya mereka mengambil jalan cerai untuk mengakhiri ini semua.

Ku tatap jam tanganku menunjukkan pukul 9 malam. Aku masih tak kuasa menahan tangisku yang masih bercucuran. Aku duduk di pinggir trotoar dan menatap jalanan yang kini mulai sepi oleh lalu lalang kendaraan. Tiba-tiba mobil melintas dan berhenti tepat didepan aku. Sesosok pria kini mulai berjalan ke arahku. Tapi aku masih saja tertunduk.

“Rangga, ngapain kamu disini sendirian?” tanya pria tadi.

Aku mendongak ke atas dan kulihat Azzam sahabat karibku.

“Azzam?? Kamu kenapa bisa disini?” jawabku berbalik tanya.

“Kok malah balik tanya. Kamu ngapain disini?”

“Aku pergi dari rumah Zam..”

“Ya udah masuk mobil aja dulu. Kamu nginap di rumahku aja dulu” jawabnya.

“Makasih Azzam”

Kini mobil Azzam membawa kami menuju ke rumah Azzam. Sampai disana aku langsung masuk ke kamar Azzam. Dan menceritakan apa yang terjadi padaku.

“Azzam, sebelumnya makasih atas bantuanmu. Aku malah jadi ngrepotin kamu..” ucapku sambil meneguk teh hangat.

“Iya sama-sama Ga. Emangnya kamu ada masalah apa sampai-sampai kamu minggat dari rumah? Apa nanti ortumu gak khawatir denganmu?”

“Nggak Zam, aku bosan dengerin pertengkaran mama dan papa. Setiap hari mereka terus begitu. Aku juga sudah bosan dengan tingkah laku mama yang selalu pulang malam dan mabuk. Hingga papa marah-marah lagi sama mama. Dan akhirnya aku putuskan untuk pergi dulu aja dari rumah..” kataku memulai cerita.

“Ya Allah, sampai segitunya sih mama kamu Ga? Tapi apa kamu udah nasihatin mama kamu?” ujar Azzam.

“Udah berkali-kali aku nasihatin tapi tetap aja kelakuan mama masih tidak berubah. Pernah juga aku punya pacar waktu SMA mama gak ngrestui aku dan pacar aku itu. Dan aku malah dijodohin tapi aku menolak Zam.”

“Ya udah sekarang kita tidur aja ya. Kamu bawa perlengkapan kuliah besok kan?”

“Iya aku bawa semua kok. Sekali lagi maaf ngrepotin kamu sob..”

“Nyante aja bro, tapi besok habis kuliah kamu harus pulang lho. Tak anterin deh, hehehe” jawab Azzam.

“Ok good night sob…” ucapku.

Embun sejuk pagi hari membangunkan aku dari mimpi indahku. Ku tatap langit nan indah dari jendela kamar Azzam. Sekilas kulihat seorang gadis cantik berjalan melewati rumah Azzam dan melihat aku dengan senyumannya. Deg…Ya Tuhan cantik sekali gadis itu, gumamku dalam hati. Tiba-tiba pundakku ditepuk oleh Azzam.

“Heh…bengong aja kamu Rangga. Udah gak sedih lagi? Kok senyam-senyum sendiri?” ledek Azzam.

“Eh Azzam, kamu tahu gak cewek itu lho yang pake handuk pink itu (menunjukkan arah cewek tadi) cantik banget sob” riangku.

“Oh itu, namanya Aulia. Dia tetanggaku tapi beda Rt. Kenapa kamu naksir ma tu cewek. Cie…cie..” goda Azzam.

“Cantik banget lho sob. Dia udah kuliah ya?” tanyaku penasaran.

“Dia juga satu kampus ma kita. Tapi dia ambil psikologi semester 5 ini sama kayak kita” jelas Azzam.

“Nanti kenalin ya sama Aulia. Dikampus aja. Ya please…!!!!” pinta aku memelas

“Ehm…gimana ya? Ya udah dech, tapi kamu harus nraktir aku bakso ya? Hahaha” jawab Azzam tertawa kecil.

“Makasih sob (memeluk Azzam) kamu emang sahabatku yang paling baik. Thanks…”

Waktu yang kutunggu akhirnya datang juga. Tepat di kantin kampus aku udah menunggu Azzam dan Aulia datang karena Azzam dan aku sudah janjian untuk bertemu dengan Aulia di kantin. Lima menit berlalu, akhirnya Azzam dan Aulia datang juga.

“Oh iya Aulia, kenalin ini sahabatku Rangga. Rangga ini Aulia tetangga sekaligus teman aku” terang Azzam.

Kami saling berjabat tangan dan saling berpandangan satu sama lain.

“Rangga…”

“Aulia, kayaknya aku tadi lihat kamu di rumah Azzam emang benar ya?” kata Aulia memulai pembicaraan

“Iya, memang tadi aku menginap di rumahnya Azzam. Tetanggaan ya ma Azzam?” tanyaku sebisanya.

“Heem, ya udah Rez, Ga aku ke kelas dulu ya. Udah masuk kuliahnya…”

“Ok, senang bisa bertemu denganmu Aulia…!!!” gembiraku.

Lantas mata Aulia yang indah itu melihat aku dengan tatapannya.

Aku melangkahkan kaki perlahan supaya mama dan papa tidak tahu kalau aku sudah pulang. Tapi ternyata papa sudah mengetahui aku dan memarahi aku.

“Rangga…!!! Dari mana saja kamu? Kemarin kamu tidak pulang. Kemana saja kamu? Jangan bikin papa kecewa seperti mamamu yang selalu pulang malam-malam..!!!” bentak papa.

“Rangga hanya nginap di rumah Azzam pa. Ngerjain tugas bareng..” jawabku sebisanya.

“Kamu ini alasan terus Sudah ka…” kalimatnya terputus seketika melihat mama berjalan sempoyongan dengan seorang pria lain.

“Kamu ini ngapain? Siapa laki-laki ini…!!!” marah papa pada mama.

“Hehehe, ini teman aku pap. Udahlah jangan ngurusin orang..”

Melihat kejadian itu aku langsung menghampiri mama.

“Mama ini keterlaluan, bisanya mama hanya mengurusi urusan mama sendiri. Mama gak pernah ngurusin papa apalagi ngurusin Rangga? Mama sekarang berubah. Sudah lupa yang namanya sholat, ngaji, dan keluarga. Tega sekali mama sama papa dan Rangga. Mama kejam…!!!” kataku kesal dan menonjok perut laki-laki itu lalu naik ke lantai 2 ke kamarku.

Mama dan papa melihat aku berlalu sambil tak percaya mengapa aku bisa berkata seperti itu. Sampai kamar aku lalu menghubungi Azzam untuk ke rumahku.Ya Allah, mengapa mama masih saja tidak sadar atas perbuatannya itu. Sadarkanlah beliau Ya Rabb… doaku.

Aku berjalan menuju arah dapur, sekilas ku lihat papa duduk di ruang tengah dengan kepala menunduk. Aku menghampiri papa dan memberikannya secangkir teh hangat.

“Papa, ini teh buat papa. Langsung diminum pa mumpung masih hangat” kataku sambil menyerahkan secangkir teh ke papa.

“Makasih Rangga..” jawab papa dengan raut muka sedih.

“Papa ada masalah ya sama mama?”

“Nggak kok, cuma bertengkar biasa. Kamu udah selesai ujian semesternya?”

“Hari kamis ini selesai pa. Emangnya ada apa pa??”

“Habis ujian nemenin papa ke Semarang ya. Kita liburan di rumah nenek saja” kata papa.

“Baik pa, tapi aku ngajak Azzam ya??”

“Iya ajak dia ikut liburan. Papa ingin refreshing dulu. Mama minta cerai..”

Deg…!!! Ya Allah kenapa papa bilang seperti itu?? Gumamku dalam hati.

“Tapi apa mama beneran ingin cerai dengan papa??” jawabku tidak percaya.

“Udahlah ini urusan orang tua. Mungkin mama mengambil keputusan ini memang terbaik buat mama. Ya udah sana tidur aja ntar besok telat ke kampusnya..”

“Baik pa. Selamat malam pa…” ucapku meninggalkan papa yang masih duduk sambil menonton tv.

Terdengar suara rintikan gerimis hujan menghujam genting rumahku. Aku terbangun dari mimpiku bertemu dengan seorang bidadari yang cantik. Ku lihat jam menunjukkan pukul 5. Aku cepat-cepat bergegas mengambil air wudhu dan melaksanakan perintah Allah Sang Khalik. Pikiranku masih tertuju pada mimpi semalam. Aku bertemu dengan gadis cantik bernama Azizah. Suara ketukan pintu membuyarkan aku dari lamunanku.

“Rangga?? Rangga?? Udah sholat belum? Ayo siap-siap…!!!” seru papa memanggl aku.

“Iya pa, Rangga udah sholat. Ini juga lagi siap-siap. Rangga mau mandi dulu..” jawabku.

“Ya udah cepetan mandinya. Azzam udah dateng nih…”

Lima belas menit berlalu. Kini kami melaju dengan pasti meninggalkan kota kami Jakarta. Di dalam perjalanan aku selalu terbayang dengan wajah bidadari cantik Azizah di dalam mimpiku. Pukul lima sore tibalah kami di rumah nenek di Gunungpati-Semarang dekat kampus Unnes. Tiba-tiba seorang cewek melintas dengan jelas di depan rumah nenek. Dan aku semakin deg-degan saat melihatnya. Apakah dia Azizah? Dia persis banget sama dalam mimpiku semalam. Aku mengejar cewek itu dan menarik lengannya.

“Azizah?? Kamu Azizah kan??” tanyaku penasaran.

“Ih kamu ini siapa to? Kok tahu kalau namaku Azizah?” jawab cewek itu.

“Aku tahu namamu dari mimpiku semalam. Rumah kamu dimana?” singkat kataku bicara.

“Kamu gak sopan banget sih jadi cowok? Wong aku ja gak kenal sama sampeyan..!!” katanya kesal.

“Tapi…” kataku terputus.

“Sudah mas, aku mau pulang ke kost dulu. Assalamualaikum…!!!” jawabnya jutek.

Azizah meninggalkan aku yang masih terpana dengan kecantikannya. Aku masih tak percaya dengan apa yang barusan aku lihat. Aku bertemu dengan bidadari cantik dalam kenyataan. Rangga, inilah cintamu, raihlah dia Rangga…!!! Suara hatiku berkata demikian.

Azzaam menghampiri aku yang masih berdiri terpaku melihat Azizah berlalu dari pandanganku. Azzam melihat aku keheranan.

“Heh…!!! Ngapain kamu bengong Ga? Kenapa dengan cewek tadi? Barusan nyampe aja udah lari-lari kayak ngejar kelinci…hihihi…” katanya nyengir.

“Dia yang selama ini aku cari Zam…” jawabku.

“Maksudmu apa? Aku masih gak maksud dengan omonganmu?”

“Semalam aku bertemu dengan bidadari cantik bernama Azizah. Dan hari ini aku bertemu dengan dia. Dia persis banget dengan yang ada di dalam mimpiku” jelasku sambil mengusap keringat di wajahku.

“Ah…kamu ini ada-ada aja. Paling ilusi kamu saja kali. Ya udah masuk aja, nenek udah nunggu kamu di dalam. Nenek udah nyiapin makanan buat kita. Yuk…!!!” ajak Azzam menarik tangan aku.

Malam kini menyapa dan aku masih saja menunggu Azizah lewat di depan rumah nenek. Aku yakin dia adalah cintaku yang selama ini aku nanti. Malam semakin larut, tapi aku masih menunggu dan selalu menunggu hingga aku tertidur. Dalam mimpiku aku bertemu dengan sang bidadariku “Azizah”. Dia menggandeng aku jalan-jalan berkeliling di taman bunga yang indah.

“Rangga…aku mencintaimu” katanya dengan suara lembutnya.

“Aku juga mencintaimu Azizah…!!!” jawabku dengan semangat.

Suara nenek membangunkan aku dari mimpi indahku dengan Azizah.

“Rangga…!!! Rangga…!!! Ngapain tidur di teras ayo bangun…!!!”

“Nenek bangunin Rangga aja? Padahal lagi mimpi ketemu bidadari cantik Azizah” kesalku.

“Apa?? Azizah??” kata nenek tidak percaya.

“Iya Azizah. Nenek kenal dengan Azizah??” mataku memelas meminta penjelasan.

“Azizah itu karyawan nenek di toko roti nenek. Dia anaknya cantik, baik, rambutnnya panjang. Dia kerja di toko roti nenek kalau siang jam 2 sampai habis magrib. Paginya Azizah kuliah di Unnes. Tapi sekarang dia minta libur dulu karena ada liburan semester” jelas nenek secara rinci.

“Ya udah nenek. Makasih infonya” kataku memeluk nenek lalu pergi.

Azizah ternyata karyawan nenek di toko roti? Besok aku harus mencarinya. Semangatku membara dalam hati.

Suara adzan subuh berkumandang di seantero kampus Unnes dan sekitarnya pertanda pagi akan datang. Suara ayam-ayam berkokok menambah semangat aku hari ini. Aku bergegas mengambil air wudhu dan sholat berjamaah bersama papa dan Azzam. Pukul 6 pagi aku memutuskan untuk jogging berkeliling kampus Unnes bersama Azzam. Tengah perjalanan, ku lihat Azizah berdiri sendirian dengan membawa tas. Ku hampiri dia.

“Azizah??” sapaku.

“Ih…kamu lagi sih? Kamu ngapain sih ngikutin aku dari kemarin? Aku aja gak kenal sama kamu??” cetus Azizah.

“Aku datang kesini hanya ingin mengenal kamu lebih dekat. Boleh gak aku bicara denganmu. Sebentar saja? Please…!!!” kataku memohon.

“Ya udah, kamu mau ngomong apa?”

Aku menceritakan semua yang terjadi padaku. Dari bertemu dengannya dalam mimpi hingga benar-benar bertemu disini.

“Jadi kamu memang beneran mimpikan aku?” ucapnya tak percaya.

“Iya Azizah. Aku ingin bersamamu. Aku yakin kalau kamu adalah yang selama ini aku cari. Aku gak mau kehilangan kamu Azizah..”

“Kamu berarti Rangga ya??” tanyanya lagi.

“Iya aku Rangga. Ku mohon kamu jangan pergi. Aku mencintaimu Azizaah..” jawabku

“Tapi aku harus pulang ke Kudus Rangga. Liburan semester ini aku harus membantu ibu jualan di rumah” jelasnya.

“Aku antar ya. Kebetulan aku bawa mobil. Sekalian kamu kenalin aku sama orang tuamu. Berarti kamu mau menerima aku kan??”

“Iya aku terima kamu. Kemarin malam aku juga mimpi bertemu dengan kamu Rangga” katanya mulai menangis.

Aku mengusap air matanya dengan sapu tanganku.

“Gak usah menangis gitu. Aku janji akan selalu ada disisimu. Ya udah kita ke rumah nenek dulu. Pamitan dengan papa dan nenek” ajakku menggandeng tangannya yang putih.

Kota Kudus yang terkenal dengan julukan Kota Kretek membuatku semakin ingin mengerti lebih dalam kota tersebut. Satu jam berlalu, kini kami sampai di rumah Azizah yang megah.

“Azizah, katanya rumah kamu sederhana. Kok besar gini?” tanyaku tak percaya.

“Iya ini memang sederhana Rangga. Aku gak mau memamer-mamerkan kalau aku anak orang berada. Jadi aku harus bisa hidup sederhana. Ya udah masuk yuk, mama udah nunggu aku di dalam” ujarnya dengan suara yang lembut.

Kami melangkahkan kaki masuk ke ruang tamu. Mama Azizah menyambut aku dengan ramah.

“Azizah, mama kangen banget sama kamu sayang…” ucapnya memeluk Azizah.

“Aku juga kangen sama mama. Oh iya ma, kenalin ini Rangga pacar Azizah”

“Oh ini pacarmu? Ganteng sekali Azizah. Mama seneng deh kamu cantik Rangga ganteng. Pas deh..” canda mama Azizah kepadaku.

“Ya udah yuk masuk Rangga. Mama udah nyiapin makanan buat kita” ajak Azizah menggandeng tanganku.

Ya Allah terima kasih karena Engkau telah memberi kesempatan pada hamba-Mu ini untuk bersama Azizah. Aku mencintainya Ya Allah. Batinku dalam hati.

Senja kini telah tiba. Matahari tersenyum padaku pertanda akan kembali ke peraduannya. Aku berpamitan pulang ke rumah nenek di semarang. Dalam perjalanan tiba-tiba hpku berdering. Ku lihat nama Azizah terpampang dalam layar hpku. Ku angkat telpon itu.

“Halo Azizah? Ada apa?”

“Nak Rangga, ini mama Azizah. Nak Rangga bisa balik lagi? Azizah jatuh dan ini pingsan. Tolong tante nak Rangga…” ujar mama Azizah terdengar menangis.

“Ya Allah Azizah kenapa tante? Ya udah Rangga langsung balik sekarang tante” jawabku lalu menutup telponnya.

Aku segera melaju dengan cepat untuk sampai di rumah Azizah karena aku tidak ingin kehilangan Azizah. Aku yakin hanya dialah cintaku yang selama ini aku cari. Sampai di rumah aku langsung membopong Azizah masuk ke mobil. Ku jalankan mobilku menuju rumah sakit dengan hati yang sangat kacau. Azizah masih tak sadarkan diri.

“Sebenarnya Azizah sakit apa tante?” tanyaku sesenggukan.

“Azizah sebenarnya mempunyai sakit jantung. Sudah dari kecil dia menderita. Tante juga tidak tahu kenapa tiba-tiba Azizah sampai-sampai jatuh pingsan” jawabnya berlinangan mata.

Suara dokter memamnggil nama Azizah..

“Keluarga Azizah”

“Ya dokter. Saya ibu Azizah. Gimana keadaan anak saya dokter?”

“Alhamdulillah anak ibu sudah agak baikan. Sebaiknya Azizah menjalani rawat inap saja” jawab dokter dengan lugas.

“Alhamdulillah kalau begitu dokter. Terima kasih banyak dokter…”

Kini Azizah sudah sadarkan diri. Aku memegang tangannya dan mengecup keningnya.

“Alhamdulillah sayang akhirnya kamu udah sadar. Aku sempat bingung tadi waktu mama kamu nelpon aku”

“Iya mama memang sering begitu kalau kebingungan. Oh iya, waktu di semarang mama kamu kok gak kelihatan Rangga??” tanya Azizah penasaran.

“Mama dalam hidupku tidak ada artinya sayang. Dia yang sering menyakiti perasaan papa dan juga aku. Aku udah tidak sanngup punya mama seperti itu” jawabku menundukkan kepala.

“Sebenarnya ada apa dengan mama kamu Rangga?”

“Mama udah khianatin papa. Dia udah gak lagi merhatiin papa apalagi aku. Tiap harinya selalu pulang larut malam, kadang membawa seorang lelaki juga. Jadi papa memutuskan untuk berlibur ke semarang mengajak aku dan juga Azzam” terangku padanya.

“Oh begitu? Kasihan banget kamu sayang. Mungkin aku bisa menyadarkan mamamu…”

“Dengan cara apa??” tanyaku penasaran.

“Kalau aku udah sembuh ajak aku ke Jakarta mumpung ini masih liburan. Kebetulan rumah budheku ada di Kalibata. Insya Allah mama kamu bisa sadar Rangga. Percaya deh sama aku. Sekalian kamu ngenalin aku ke mama kamu” yakin Azizah padaku.

“Baiklah kalau begitu sayang. Semoga kamu berhasil…”

Suasana Jakarta sudah terasa lagi. Cuaca yang panas menjadi sapaan khas kota Jakarta ini. Aku mengantarkan Azizah ke daerah Kalibata tempat budhe Azizah tinggal. Sesudah itu aku langsung pulang sendiri dengan hati yang resah karena papa belum juga mau pulang ke Jakarta. Sampai rumah terlihat mama sudah rapi hendak berangkat kerja.

“Sayang, gimana liburan kamu dengan papa di semarang??” tanya mama dengan lembut.

“:Biasa aja ma, gak ada serunya” jawabku singkat.

Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki menghampiri mama. Dan ternyata seorang laki-laki menghampiri mama dan mengecup kening mama.

“Ma, ini siapa? Kenapa mama biarin orang ini masuk ke rumah?” kataku mulai rada tinggi.

“Udahlah Rangga, kamu gak usah ikut campur urusan mama. Ini klien mama dari luar kota. Tadi malam menginap disini..”

“Tapi mama, tidak boleh seorang laki-laki menginap di rumah perempuan yang sudah berumah tangga tanpa izin dari suami kan?”

“Halah gak usah ngajarin mama. Kamu ini dari semarang malahan bikin mama marah. Ya udah mama mau berangkat kerja. Ayo Toni…!!!” panggil mama pada lelaki itu.

Aku tak tahu harus berbuat apa untuk menyadarkan mama. Aku sudah capek melihat perlakuan mama seperti ini. Suara hpku berbunyi sebuah sms masuk dari Azizah.

Sayang, gimana dengan mama kamu? Kamu lagi sibuk gak? Aku udah tahu bagaimana menyadarkan mama kamu. Kamu ke rumah budheku sekarang ya??

Aku segera bergegas masuk mobil dan melaju ke arah kalibata. Sesampainya disana, aku disambut ramah oleh budhe Azizah yang kebetulan orang asli kudus.

“Rangga, mending mama kamu kita ajak ke semarang aja gimana? Menemui papa kamu dan yakinkan kalau selama ini papa kamu itu benar-benar tulus mencintai mama kamu..”

“Tapi apa mau mama aku ajak ke semarang? Mama kan lagi dieman ma papa, yang ada nanti malah tambah rumit”

“Kita coba aja, gimana kalau nanti sore kamu ajak aku ke rumahku kenalan dengan mama kamu?” ajak Azizah penuh semangat,

“Tapi apa kamu gak capek? Tadi pagi barusan nyampe jakarta. Kasian jantung kamu sayang,,,”

“Insya Allah gak napa-napa. Aku yakin mama kamu pasti senang liat aku. Percaya deh sama aku..” yakin Azizah dengan memegang tanganku dengan erat.

“Baiklah sayang. Nanti sore kamu kujemput. Moga aja mama bisa sadar Azizahku yang cantik…” godaku padanya.

“Ihh…gombal nih orang…!!!” jawabnya mencubit pipiku.

Waktu telah bergulir sampai tibalah sore hari. Kebetulan mama pulang agak awal sehingga aku pamit untuk pergi sebentar. Sesampai di rumah budhe Azizah, ku dapati Azizah sudah siap dengan penampilannya yang membuat aku terpesona.

“Sayang, kamu cantik banget pakai pakaian itu?” pujaku padanya.

“Ihh…jangan ngegombal lagi dong. Ayo buruan sebelum mama kamu pergi lagi kalau malam.hihihi…” canda Azizah.

“Ya udah yuk masuk mobil…” ajakku menggandeng tangannya.

Alunan lagu-lagu pop indonesia menemani kami menuju rumahku. Hingga tak terasa sampailah kami di rumahku. Mama membukakan pintu dengan wajah yang geram. Tapi tatkala melihat Azizah wajah itu menjadi sumringah.

“Ini siapa Rangga? Cantik banget…” puji mama pada Azizah.

“Oh, iya ma kenalin ini pacar Rangga dari kudus” jawabku.

“Azizah tante. Senang saya bisa bertemu dengan tante” sapa Azizah bersalaman dengan mama.

“Kok bisa kenal sama Rangga gimana ceritanya?” penasaran mama ingin mengetahui lebih lanjut.

Setelah itu Azizah asyik mengobrol dengan mama aku. Terlihat canda tawa diantara mereka berdua. Ya Allah semoga saja Azizah benar-benar bisa menyadarkan mama. Ketulusan hati Azizah menambah aku semakin mencintainya Ya Allah. Doaku pada Sang Khalik.

Selang beberapa menit kemudian. Mama tiba-tiba tertunduk dan tak berucap satu katapun. Aku lalu menghampiri mama.

“Ada apa ma? Kok diam?”

“Maafkan mama selama ini Rangga. Azizah memang benar, selama ini mama telah membohongin papa dan juga kamu Rangga. Mama telah mengkhianati cinta papa. Dan mama baru sadar orang yang dengan tulus mencintai mama apa adanya adalah papa kamu Rangga. Mama kangen sama papa…” kata mama mulai menangis.

“Udahlah tante. Sekarang tante sudah tahu kan jika om Mirza masih mencintai dengan tulus. Om Mirza pernah bercerita pada kami berdua bahwa beliau tidak mau kehilangan cinta tante…” timpal Azizah.

“Makasih Azizah. Kamu memang pantes bersanding dengan Rangga. Minggu depan mama akan ambil cuti, mama ingin minta maaf sama papa. Mama rindu sama papa”

Satu minggu telah tiba. Mama memutuskan untuk menemui papa di semarang. Sampai disana terlihat papa duduk sendiri di teras rumah nenek. Segera mama menghampiri papa dan memeluk tubuh papa.

“Maafkan mama selama ini papa. Mama baru sadar kalau cinta mama hanya untuk papa selamanya. Huhuhu….” tangis mama.

“Iya papa maafin mama. Papa itu tulus mencintai mama selamanya. Asal mama jangan mengulangi perbuatan itu lagi ya?” kata papa.

“Iya pa, terima kasih. Berkat Azizah mama bisa sadar kalau mama telah melakukan kesalahan sama papa” jawab mama.

Mendengar perbincangan mama dan papa, tiba-tiba Azizah menarik tanganku dan mengajakku ke suatu tempat.

“Rangga, kamu benar mencintaiku bukan??” ucap Azizah.

“Masa kamu tidak percaya sih sayang? Apa harus aku buktikan kalau aku benar-benar cinta kamu gitu? Ledekku padanya.

“Yupz..harus dengan bukti karena aku benar-benar tulus mencintaimu sayanag..”

Ku keluarkan sebuah kotak berisi cincin putih. Ku pasangkan pada jari manisnya yang lentik.

“Ya Tuhan indah sekali cincin ini. Makasih sayang” riang Azizah.

“Itulah bukti ketulusan hati aku sayang. Sekarang bukti kamu ke aku apa?”

“Apa ya? Rahasia deh…” jawabnya mengerjai aku.

Aku lalu mencubit pipinya. Dan dia mengejar aku untuk membalasnya. Terima kasih Ya Allah karena Engkau telah memberikanku cinta yang tulus dari seorang gadis pujaan hatiku…^_^

THE END

Rabu, 16 Maret 2011

“CINTA DAN PENGORBANAN”

Ogi terperanjat dari tidurnya yang nyenyak saat jam bekernya berbunyi. Dilihatnya jam beker itu menunjukkan pukul 5 pagi. Ia langsung wudhu dan melaksanakan sholat shubuh. Lalu memanjatkan doa kepada Allah SWT, Sang Pencipta Alam Semesta ini. Ia teringat dengan tugas laporan yang belum selesai dikerjakan. Lima belas menit kemudian tugas laporan itu selesai. Ogi menyambar handuk kesayangannya yang berwarna ungu lalu berlari ke kamar mandi. Selang beberapa menit ia selesai dengan guyuran air ditubuhnya itu. Kemeja warna biru muda dan celana hitam menjadi pilihannya hari ini, tak lupa ia memakai dasi pemberian ibunya itu.
Dibukanya garasi rumahnya dan dikeluarkannya motor vario techno miliknya. Tiba-tiba suara hpnya berbunyi dengan nyaring. Sebuah sms dari Angga yang mengharuskan untuk mengambil data di PT. Marvin.
“Huh, kenapa setiap kali ngambil data pasti aku terus sich??” desisnya kesal.
Motor vario technonya kini melaju dengan pasti meninggalkan rumah tercintanya. Lima belas menit berlalu, sampailah Ogi di BNI 46 tempat ia bekerja. Suasana kantor saat itu ramai sekali. Ogi bingung dengan sendirinya saat memasuki kantornya. Angga yang melihat Ogi segera menghampirinya.
“Hei Bro...!!! Ngapain bengong kayak gitu??” kata Angga sambil menepuk pundak sahabatnya itu.
“Ya bingunglah. Soalnya dari tadi teman-teman pada sibuk ngomong-ngomong melulu. Kayak ada pegawai baru aja” jawab Ogi bingung.
“Yups..!! Bener banget Ogi. Emang ada pegawai baru dikantor kita. Cantik lagi. Sebentar lagi dia juga datang kok. Kamu jangan kaget ya kalau ngeliatnya, hehehe” goda Angga tertawa kecil melihat kelakuan temannya itu.
Suara langkah sepatu hak tinggi khas cewek terdengar. Tercium aroma parfum yang menyengat hidung Ogi. Sesosok cewek tampak mulai memasuki kantor dengan penampilannya yang membuat semua terpana begitu melihatnya.
“Selamat pagi semuanya...!!!” ceria cewek pegawai baru itu.
“Selamat pagi juga...” balas teman-teman.
“Semoga dengan saya hadir disini bisa membuat kantor ini tambah maju dan visi misinya tercapai. Saya Riva. Salam kenal semuanya” ramah cewek berambut panjang itu.
Tanpa disengaja mata indah itu melihat Ogi yang masih terpana melihatnya. Riva hanya tersenyum saat Ogi memandanginya. Entah kenapa hati Ogi berdesir dengan kencang. Apakah aku mulai jatuh cinta lagi Tuhan?? Gumamnya dalam hati.
  

Semenjak itu hubungan Ogi dan Riva semakin dekat hingga menjadi sahabat. Tapi entah kenapa hati Ogi masih saja ragu dengan perasaannya yang kian hari kian berkecamuk dibenaknya. Sabtu-minggu dimanfaatkan oleh Ogi dan Angga untuk berlibur. Rivapun ikut. Dan kali ini mereka berlibur dipantai Kartini, Jepara.
“Eh lihat itu Ogi ombaknya banyak banget..!!!” seru Riva pada Ogi.
“Iya banyak banget ya Riv. Yuk kita ke patung kura-kura itu. Kita foto-foto bareng” ajak Ogi lalu tanpa sengaja menarik lengan Riva.
Angga yang melihatnya hanya tersenyum dan merasa dirinya tak ada yang menemaninya.
“Duh senengnya yang udah punya pacar?? Aku jadi ngiri nich??” celutuk Angga.
“Ih...siapa yang pacaran. Kita ini cuma sahabatan aja kok. Kayak aku dan kamu gitu sahabat. Gak lebih..” terang Riva.
“Iya kamu ini gitu sih Angga. Kalau kamu pengin punya pacar kenapa gak dari dulu terima aja cintanya Mila. Dia udah nunggu kamu 1 tahun lebih” timpal Ogi mendengar pembicaraan Angga dan Riva.
“Udah-udah malah debat sih. Yuk makan aja aku udah persiapin makan untuk kalian. Ayo bawa sini tikarnya”
Ogi melihat Riva tertawa mendengar guyonan Angga. Andai kamu tahu Riva sesungguhnya aku mencintaimu. Tapi aku nggak mau jika seandainya aku sudah jadi kekasihmu kamu tahu kalau aku punya penyakit yang tidak dapat sembuh ini. Katanya dalam hati. Melihat Ogi yang tampak sedih, Riva mendekatinya.
“Ogi, kamu kenapa sejak tadi murung terus?? Ada masalah ya??”
“Ehm..ehm gak ada kok cuma bingung aja gitu aku sama perasaan ini (sambil memegang dadanya)” jawabnya spontan.
“Maksudmu apa??”
“Nggak-nggak kok gak ada apa-apa. Yuk kita pulang aja. Keburu malam nich”
Ogi merasa bingung sendiri dengan ucapannya itu. Tapi dalam hatinya ia sangat mencintai Riva. Cewek yang selama ini bisa membuatnya tersenyum dan tertawa.
  
Burung-burung berkicau layaknya mennyanyi. Embun-embun tampak terlihat di dedaunan yang hijau. Hari ini Ogi tampak ceria sekali. Tapi dalam benak Ogi masih saja ragu untuk menyatakan cinta pada Riva. Riva kali ini mengajak Ogi untuk menemaninya menemui nasabah diluar kota.
“Ogi, kamu gak keberatan kan nemani aku nemui nasabah??” ujar Riva sambil menatap temannya itu.
“Nggak Riv, aku gak keberatan kok nemani kamu”
“Tapi kamu kok pucat gitu. Tadi waktu dikantor kamu gak seperti itu” tanya Riva khawatir.
“Nggak papa Riv, mungkin aku cuma kecapekan aja, semalem lembur” jawab Ogi menyembunyikan sakitnya.
“Beneran?? Ya udah kita istirahat aja, kita makan siang dulu”
Mobil mereka berhenti di sebuah rumah makan di kawasan Pati. Lalu Ogi dan Riva memasuki dan memesan makanan. Lima menit berlalu makanan yang dipesan Ogi dan Riva jadi. Tapi tiba-tiba kepala Ogi pusing dan mendadak pingsan.
“Ogi...Ogi...!!! Kamu kenapa??” panik Riva.
Riva menelpon Angga yang kebetulan ada didekat jalan itu. Sepuluh menit kemudian Angga datang dan segera memanggil ambulan untuk membawa Ogi kerumah sakit. Ogi sudah tidak kuat menahan rasa sakit di hatinya itu. Terlintas olehnya bayangan Riva tapi perlahan menjauh dari Ogi.
Satu jam berlalu dan kini kondisi Ogi mulai membaik. Sang dokter memanggil Angga untuk menemuinya.
“Anda teman dari saudara Ogi??” kata sang dokter.
“Benar pak saya temannya. Keluarganya belum datang nanti sore baru datang pak” jelas Angga.
“Begini, kondisi Ogi sekarang sudah membaik tapi jika dalam 2 bulan ini kondisi Ogi tambah memburuk. Resikonya bisa fatal” ujar dokter itu lalu menundukkan kepala.
“Ada apa dengan Ogi pak??”
“Ogi menderita kanker hati dan itu tidak bisa disembuhkan kecuali ada pendonor hati buat dia”
“Apa tidak ada cara lain pak dokter??” tanya Angga yag kini mulai meneteskan air mata.
“Maaf tidak ada mas. Hanya itu yang bisa menolong nyawa Ogi. Kalau begitu nanti jika keluarga Ogi datang, tolong hal ini dibicarakan sama keluarganya. Saya permisi dulu” terang sang dokter.
Betapa sedihnya Angga saat itu saat melihat kondisi sahabat karibnya itu.
  

Hari-hari Ogi yang selalu ceria kini harus diisi dengan tangisan dan kepedihannya setelah tahu bahwa kanker hatinya tidak dapat disembuhkan. Ia begitu mencintai Riva tapi jika ia mencintainya hal itu tidak akan membuat Riva bahagia. Dengan tekad yang bulat Ogi kini akan mengibas jauh cinta pada Riva. Angga yang selalu menemani selalu memberi dorongan pada Ogi untuk tegar dalam menghadapi cobaan ini.
“Ogi, ayo diminum obatnya sebentar lagi Riva mau kesini” pinta Angga.
Air mata Ogi kini mulai membasahi pipinya. Ia tak kuasa membendungnya terlalu lama.
“Apa gunanya minum obat Angga. Jika yang ada bisa menyembuhkanku tapi ini akan malah menambah beban aku yang sebentar lagi akan pergi untuk selamanya” jawab Ogi.
“Tapi apakah kamu mau melihat orang yang kamu cintai akan sedih jika melihat kamu seperti ini?? Percayalah pada Allah Ogi. Semoga Allah akan memberikan pendonor hati buatmu dan kamu bisa sembuh lagi” ucap Angga.
Ogi tersentak dengan ucapan Angga. Ia kembali teringat denga cintanya pada Riva tapi yang ada ini akan membuatnya begitu sakit jika mencintainya.
“Angga...!!!” kata Ogi.
“Ya ada apa kawan (mendekati Ogi)” jawabnya.
“Tolong sampaikan pada Riva kalau aku sangat mencintainya. Aku ingin sebelum aku pergi kamu berikan ini padanya (mengambil dilaci meja). Ini cincin yang akan aku berikan pada Riva. Tapi aku mengurung niatku itu”
Tanpa disengaja Riva yang sudah datang tadi mendengar semua pembicaraan Ogi dan Angga. Ogi kenapa kamu tidak bilang yang sebenarnya padaku?? Aku sangat mencintaimu Ogi. Tapi apakah dengan begini caranya?? Gumam Riva dalam hati lalu pulang.
  

DUA BULAN KEMUDIAN
Dua bulan kini telah tiba. Tapi kondisi Ogi semakin memburuk. Ogi dilarikan kerumah sakit lagi. Dan kali ini Ogi dirawat di ICU. Seluruh keluarga Ogi hanya menangis dan hanya bisa berdoa pada Allah. Selama dua minggu ini Ogi masih dirawat di ICU dengan kondisinya yang kritis. Tapi tiba-tiba sang dokter memberi kabar gembira.
“Keluarga Ogi Prasetya...!!!” panggil sang dokter.
Tak ada yang menemui karena kepedihan yang dirasakan oleh keluarganya. Sehingga Angga yang kini menemui sang dokter.
“Ya pak saya wakil dari saudara Ogi Prasetya. Gimana pak kondisi sahabat saya ini??”
“Alhamdulillah kesehatan Ogi bisa diselamatkan karena ada yang mendonorkan hatinya. Tapi sebelum orang itu meninggal ia menitipkan sebuah cincin dan sebuah surat ini pada saya” terang sang dokter lalu menyerahkan pada Angga.
Angga menerima surat itu. Dibukanya amplop berwarna merah muda itu. Betapa terkejutnya ketika ia membuka surat itu. Foto Riva, tulisan dan cincin pemberian Ogi yang dititipkan pada Angga.
“Apa?? Riva yang mendonorkan hati untuk Ogi?? Kenapa harus begini” tangisan Angga mulai terdengar.
Operasi pada Ogi dimulai. Ogi yang masih tak sadarkan diri dibawa ke ruang operasi. Lima jam kemuadian operasi selesai. Dan kini kesehatan Ogi mulai membaik hingga Ogi dibawa pulang kerumah.
Keesokan harinya entah kenapa hati Ogi teringat dengan Riva. Lalu ia menyuruh Angga untuk ke rumahnya.
“Angga, Riva kok gak pernah keliatan. Emangnya dia sibuk ya??” tanya Ogi pada sahabatya.
Angga hanya bisa diam dan mulai meneteskan air matanya.
“Kamu kenapa malah menangis Angga?? Apa yang terjadi dengan Riva?? Ayo katakan padaku??” panik Ogi.
“Sebenarnya yang mendonorkan hati untuk kamu adalah Riva Ogi. Sebelum meninggal dia menitipkan surat ini pada dokter lalu memberikannya padaku” jawab Angga sesenggukan.
Diterimanya surat itu lalu perlahan dibukanya...
Dear My Lovely...
Ogi kekasihku. Sejak dulu pertama aku liat kamu aku sudah jatuh cinta padamu begitupun kamu. Tapi kenapa kamu tidak bilang ke aku jika kamu cinta aku?? Dan mengapa kamu tidak jujur padaku soal kamu punya penyakit itu. Kalau tahu aku sejak dulu aku akan katakan padamu jika aku mencintaimu. Tapi sudahlah yang penting sekarang aku jujur padamu. Semoga dengan aku memberikan hati ini. Cintaku padamu akan tetap ada dalam dirimu selamanya. Aku akan selalu bersamamu Ogi sayang
Karena aku sangat mencintaimu dan menyayangimu...

Salam dari Cintamu,,
Riva

Betapa sedihnya hati Ogi saat itu. Tangisannya kini membasahi ppinya yang kering. Kenapa kamu lakukan ini padaku Riva. Kenapa kamu korbankan padaku hanya demi cintamu padaku?? Kenapa??.

Ogi memandangi nisan yang bertuliskan nama Riva. Sekuntum mawar merah ditaruh di nisan Riva. Ia tak henti-hentinya menangis meratapi kepergian Riva yang tak akan kembali untuk selamanya.
Riva, kan kujaga selalu hatimu pada diriku ini. Seperti halnya cintaku yang tulus padamu. Semoga kita kan berjumpa lagi disurga nanti. I Love You Riva, sayangku... gumam Ogi.

THE END

Rabu, 02 Maret 2011

PUPUS HARAPANKU (Terinspirasi dari lagu Ciptaan Sendiri)

Tiga Tahun Yang Lalu, sebelum Perpisahan SMP

Gadis mengajakku keliling sekolah. Sesekali tangannya yang putih memegang tanganku.

“Sandy, kamu tahu gak kenapa aku ngajak kamu jalan-jalan keliling sekolah??” ucap Gadis.

“Ya mana aku tahu?? Kamu aja dari tadi gak ngasih aku jawabannya sih, hehehe” jawabku sambil mengedipkan mata padanya.

“Sebenarnya aku ingin berkata jujur padamu, tapi aku kasian padamu??”

“Ngomong aja Gadis. Aku kan sahabatmu siapa tahu aku bisa bantu kamu” Jawabku menyakinkan Gadis.

“Aku ditembak sama Erlin San...!!!. Gimana baiknya??” Ujar Gadis bertanya padaku.

Sejenak aku terdiam bagaikan patung. Kata-kata itu membuat hatiku hancur berkeping-keping. Gadis menatapku dengan wajahnya yang cantik dan memanggilku.

“Sandy?? Sandy?? Kok bengong, ada yang salah ya dengan kata-kataku??” Tanya Gadis.

“Nggak kok, gak ada apa-apa. Ya terima aja kalau hatimu mang suka ma Erlin” Jawabku kaku.

“Tapi San, apa kamu gak...”

“Nggak papa Dis, untuk sahabat aku akan membantu kamu selagi aku bisa” Kataku padanya.

“Makasih ya Sandy atas saranmu padamu” Jawab Gadis lalu menarikku jajan dikantin.

♥ ♥ ♥

Saat Perpisahan SMP

Pagi yang harusnya kurasakan dengan kebahagiaan karena lulus ujian tak bisa mengobati hatiku yang lara ini. Ucapan Gadis kemarin membuat hatiku terasa teriris perih bagaikan terkena pedang yang tajam. Acara perpisahan dimulai, aku terdiam tanpa kata-kata yang terucap dari bibirku ini. Sahabatku Faiz melihatku dan memanggilku.

“Sandy, kamu kenapa?? Dari tadi tak lihat kamu murung dan diam terus?? Kamu sakit ya?.” Katanya dengan iba melihatku.

“Nggak kok, gak kenapa-napa. Kamu nanti malam ada waktu gak?? Aku mau sharing ma kamu” Jawabku.

“Baik nanti malam aku tak kerumahmu. Tapi kamu jangan sedih gitu dong. Yuk naik panggung. Giliran paduan suara kita maju” Ajak Faiz.

“Baiklah...” jawabku lesu.

Aku melangkahkan kakiku menuju panggung. Kulihat dengan jelas Gadis duduk berdua dengan Erlin. Betapa sakitnya aku melihat pemandangan itu. Aku merasa tertatih untuk menggapainya. Tuhan, tolonglah diriku ini...

♥ ♥ ♥

Dua Tahun Yang Lalu, waktu kelas XI SMA

Sejak perpisahanku dengan Gadis, aku selalu masih mengharapkannya. Aku bagaikan pungguk yang merindukan bulan. Memang aku tahu aku dan Gadis tidak satu sekolah lagi. Faiz sahabatku sejak SMP yang kebetulan satu SMA denganku selalu memberikan saran padaku agar aku bisa melupakan Gadis. Tapi apa daya hatiku selalu saja mengatakan bahwa dia adalah satu-satunya cinta dihatiku. Sore ini aku diajak untuk kerumahnya Gadis. Aku menolaknya tapi Faiz memaksaku dan akhirnya aku menurut Faiz untuk ikut kerumahnya.

Motor Faiz melaju pasti meninggalkan rumahku di Besito. Lima belas menit berlalu dan sampailah kita dirumah Gadis di Kajeksan. Tanaman bunga sepatu menghiasi halaman rumah Gadis. Tampak di sudut halaman itu Gadis sedang menyapu halamannya yang penuh dedaunan yang rontok dengan sapu lidinya. Faiz memanggilnya dengan sangat sopan padanya.

“Assalamualaikum..!!!” salam Faiz pada Gadis.

“Walaikumsalam..!!!” jawabnya sambil menoleh kearah kami.

“Gadis. Ini kita Faiz dan Sandy” Kata Faiz semangat.

“Ya Allah Faiz dan Sandy?? Mari masuk, aku dah lama gak pernah ketemu kalian. Jadi kangen, hehehe...” canda Gadis dengan lesung pipinya yang manis.

Kamipun memasuki ruang tamu Gadis dan duduk di sofanya. Gadis masih seperti dulu meskipun dua tahun aku tak bertemu dengannya. Gadis masuk kedalam dan tak lama membawakan kami minuman dan snack ringan. Entah kenapa jantungku berdegup dengan kencang waktu dia menaruh minuman didepanku.

“Ayo diminum dong gak usah malu-malu...!!!” ujarnya.

“Iya makasih Dis. Jadi ngrepotin nih kita, hehehe.” Jawab Faiz sembari tertawa kecil.

Gadis menatapku lalu perlahan menyapaku.

“Eh Sandy dari tadi kamu diam melulu. Ada apa??”

“Nggak ada apa-apa. Gimana kabarnya?? Udah punya pacar lum??” Kataku untuk mengalihkan keteganganku.

“Alhamdulillah baik-baik saja. Pacar?? Gimana ya ngomongnya malu aku San??” Ucap Gadis tersipu malu.

“Ngomong aja Dis, kita kan udah sahabatan sejak lama. Ngapain malu??” Timpal Faiz mendengar pembicaraan aku dan Gadis.

“Pacar sih belum. Tapi masih PDKT gitu dech. Kamu ini San, ngomongnya langsung itu. Jadi malu kan aku?? Tapi aku lagi PDKT ma teman kita waktu SMP n kebetulan dia satu SMA lagi ma aku” Jelas Gadis.

Betapa kagetnya aku mendengar kata itu. Kukira semenjak Gadis memberitahuku kalau dia diputuskan Erlin dia belum punya pacar. Kenapa Tuhan?? Aku terlalu mengharap dia untuk jadi kekasihku??.

“Sandy?? Kamu kenapa lagi??”

“Nggak kenapa-napa kok. Eh Faiz yuk pulang dulu kita ada tugas kelompok. Jadinya kita pulang dulu ya Gadis” Kataku sambil memberi isyarat pada Faiz.

“I...Iya Gadis. Kami pulang dulu ya n makasih ya atas jamuannya”

“Iya sama-sama tapi nomer kalian masih tetap kan. Kapan-kapan aku sms atau nelpon kalian”

“Iya masih sama kok” Jawab Aku dan Faiz serempak.

♥ ♥ ♥

Malam yang begitu dingin berselimut hujan yang deras membasahi kota Kudus. Aku hanya bisa mengingat kejadian tadi sore yang membuat hatiku penuh dengan cemburu. Ada apa dengan diriku ini?? Aku terlalu mencintai Gadis tapi apakah dia punya perasaan yang sama seperti hatiku ini?? Aku menatap langit-langit kamar, tiba-tiba bayangan Gadis terbesit dihatiku. Tak berapa lama suara hapeku menggema. Kulihat dilayar hapeku sebuah pesan dari Gadis.

Mlm Sandy...

Eh hri minggu km da acra gak??

Pengirim : Gadis (+6285641987623)

Kubalas sms itu dengan perasaan bingung tapi juga senang.

Untuk : Gadis

Mlm jg Gadis...

Maaf rulez. Mggu sih gk da acra. Mangnya mo kmana??

Diapun membalasnya..

Tak ajak ke acra ultah pacarku ya?? Plis aq pgin da sohibku ikut

Pengirim : Gadis (+6285641987623)

Aku diam sejenak, tapi suara hapeku berbunyi lagi. Kali ini Gadis menelponku

“Kok malah gak dijawab smsku?? Mau apa gak??”

“ Ya mau tapi apa nanti pacarmu gak marah aku ikut di acara ultahnya??” Kataku menghela napas.

“Nggak n aku mau kenalin ke kamu pacar aku itu” Gembira Gadis.

“Ok dech. Ya udah besok hari minggu kamu aku jemput. Sampai ketemu Sobat..!!!” Jawabku menutup telponnya

♥ ♥ ♥

Hari Minggu

Sinar mentari mulai memasuki celah-celah kamarku. Alunan kicauan burung perkutut kakakku mengisi hari minggu yang indah ini. Aku berangkat ke rumah Gadis untuk menjemputnya. Sampai disana kutunggu Gadis. Lima menitan Gadis muncul dengan pakaiannya yang indah. Ia bagaikan Putri Cinderella yang kecantikannya membuat orang terpana melihatnya begitu juga denganku yang melihatnya.

“Eh, bengong aja kamu?? Gimana cantik gak aku pakai pakaian ini??” Celutuk Gadis berkata padaku.

“Wah cantik banget Gadis. Kayak Putri Cinderella” Kataku memujinya tapi hatiku begitu sakit.

“Ya udah berangkat sekarang yuk. Acaranya jam 9 ini”

Motorku melaju meningalkan rumah Gadis. Sampai disana kulihat rumah pacar baru Gadis. Hiasan-hiasan khas ultah tertata rapi disana. Acarapun dimulai. Gadis menggandeng seorang cowok ke arahku. Kulihat cowok itu dan aku kayaknya pernah kenal dia. Dan tanpa kusangka ternyata cowok itu adalah Erlin lagi.

“Maaf Sandy, aku lum kasih tahu kamu kalau aku dan Erlin CLBK lagi”

“Tapi kamu kan pernah bilang kalau dia playboy dan kenapa kamu CLBK lagi ma dia??” kataku mulai marah.

“Kamu kenapa ngomong seperti itu Sandy. Kamu gak punya hak untuk melarangku seperti itu”

“Karena aku mencintaimu. Kamu dengar itu Gadis” Marahku padaya.

“Apa kamu mencintaiku?? Aku nggak mau mencintai seorang yang menyakiti hatiku seperti kamu...!!!”

“Terserah apa katamu Gadis itu adalah ucapanku yang sebenarnya” Kataku lalu berpaling keluar untuk tak membuat hatiku tambah hancur melihat Gadis dan Erlin.

Betapa bodohnya aku memarahi Gadis didepan Erlin. Tapi berawal dari itu aku bisa mengungkapkan perasaanku yang selama ini aku pendam. Biarlah Gadis membenciku dulu...

♥ ♥ ♥

Saat Pengambilan Ijazah SMA

Tiga tahun berlalu semenjak acara perpisahan SMP. Aku mengatakannya demikian karena meskipun dua tahun yang lalu aku pernah ketemu Gadis tapi kebersamaan aku dan dia hanya kurasakan tiga tahun yang lalu saat perpisahan SMP. Aku menunggu Faiz datang dikelas. Lama menunggunya aku lalu keliling sekolah. Kulangkahkan kakiku menuju kantor karena Faiz sudah menungguku disana. Aula sangat ramai dikunjungi oleh para calon siswa baru. Dan diantara mereka kulihat dengan pasti sesosok cewek berambut sebahu bersama temannya yang berjilbab. Dan cewek itu adalah Gadis. Dia melihatku lalu menghampiriku.

“Sandy...!!! Sandy...!!!” Panggil Gadis.

“Gadis?? Ngapain kamu ke skulku??” Tanyaku padanya.

“Ini apa nganter temenku liat pengumungan pendaftaran. Adiknya mau daftar di SMAmu. Ya udah aku tak kesana dulu ya”

Gadis berlari menuju temannya yang sibuk membaca pengumuman yang ditempel di depan Aula.

♥ ♥ ♥

Tiga jam kemudian

Aku terdiam lagi saat aku mendapat sms dari Gadis yang memberitahukan bahwa hari Senin dia akan tunangan dengan Erlin. Sakit rasanya melihat sms itu tapi apa daya hal itu sudah terlanjur terjadi. Mengapa aku terluka?? Aku terlalu mencintainya hingga membuat hatiku hancur berkeping-keping. Seandainya waktu dapat kuputar kembali. Seandainya waktu dapat mengerti hatiku. Aku akan ungkapkan semua yang ada dihatiku itu tiga tahun yang lalu. Tapi perpisahan telah menghalangi aku untuk memegang janji cinta dengannya. Pupus sudah kini harapanku untuk mencintai dan merindunya lagi. Tapi cintaku pada Gadis akan aku simpan rapi di hatiku ini sampai aku menemukan cinta sejatiku.

THE END

Template by:

Free Blog Templates