Rabu, 16 Maret 2011

“CINTA DAN PENGORBANAN”

Ogi terperanjat dari tidurnya yang nyenyak saat jam bekernya berbunyi. Dilihatnya jam beker itu menunjukkan pukul 5 pagi. Ia langsung wudhu dan melaksanakan sholat shubuh. Lalu memanjatkan doa kepada Allah SWT, Sang Pencipta Alam Semesta ini. Ia teringat dengan tugas laporan yang belum selesai dikerjakan. Lima belas menit kemudian tugas laporan itu selesai. Ogi menyambar handuk kesayangannya yang berwarna ungu lalu berlari ke kamar mandi. Selang beberapa menit ia selesai dengan guyuran air ditubuhnya itu. Kemeja warna biru muda dan celana hitam menjadi pilihannya hari ini, tak lupa ia memakai dasi pemberian ibunya itu.
Dibukanya garasi rumahnya dan dikeluarkannya motor vario techno miliknya. Tiba-tiba suara hpnya berbunyi dengan nyaring. Sebuah sms dari Angga yang mengharuskan untuk mengambil data di PT. Marvin.
“Huh, kenapa setiap kali ngambil data pasti aku terus sich??” desisnya kesal.
Motor vario technonya kini melaju dengan pasti meninggalkan rumah tercintanya. Lima belas menit berlalu, sampailah Ogi di BNI 46 tempat ia bekerja. Suasana kantor saat itu ramai sekali. Ogi bingung dengan sendirinya saat memasuki kantornya. Angga yang melihat Ogi segera menghampirinya.
“Hei Bro...!!! Ngapain bengong kayak gitu??” kata Angga sambil menepuk pundak sahabatnya itu.
“Ya bingunglah. Soalnya dari tadi teman-teman pada sibuk ngomong-ngomong melulu. Kayak ada pegawai baru aja” jawab Ogi bingung.
“Yups..!! Bener banget Ogi. Emang ada pegawai baru dikantor kita. Cantik lagi. Sebentar lagi dia juga datang kok. Kamu jangan kaget ya kalau ngeliatnya, hehehe” goda Angga tertawa kecil melihat kelakuan temannya itu.
Suara langkah sepatu hak tinggi khas cewek terdengar. Tercium aroma parfum yang menyengat hidung Ogi. Sesosok cewek tampak mulai memasuki kantor dengan penampilannya yang membuat semua terpana begitu melihatnya.
“Selamat pagi semuanya...!!!” ceria cewek pegawai baru itu.
“Selamat pagi juga...” balas teman-teman.
“Semoga dengan saya hadir disini bisa membuat kantor ini tambah maju dan visi misinya tercapai. Saya Riva. Salam kenal semuanya” ramah cewek berambut panjang itu.
Tanpa disengaja mata indah itu melihat Ogi yang masih terpana melihatnya. Riva hanya tersenyum saat Ogi memandanginya. Entah kenapa hati Ogi berdesir dengan kencang. Apakah aku mulai jatuh cinta lagi Tuhan?? Gumamnya dalam hati.
  

Semenjak itu hubungan Ogi dan Riva semakin dekat hingga menjadi sahabat. Tapi entah kenapa hati Ogi masih saja ragu dengan perasaannya yang kian hari kian berkecamuk dibenaknya. Sabtu-minggu dimanfaatkan oleh Ogi dan Angga untuk berlibur. Rivapun ikut. Dan kali ini mereka berlibur dipantai Kartini, Jepara.
“Eh lihat itu Ogi ombaknya banyak banget..!!!” seru Riva pada Ogi.
“Iya banyak banget ya Riv. Yuk kita ke patung kura-kura itu. Kita foto-foto bareng” ajak Ogi lalu tanpa sengaja menarik lengan Riva.
Angga yang melihatnya hanya tersenyum dan merasa dirinya tak ada yang menemaninya.
“Duh senengnya yang udah punya pacar?? Aku jadi ngiri nich??” celutuk Angga.
“Ih...siapa yang pacaran. Kita ini cuma sahabatan aja kok. Kayak aku dan kamu gitu sahabat. Gak lebih..” terang Riva.
“Iya kamu ini gitu sih Angga. Kalau kamu pengin punya pacar kenapa gak dari dulu terima aja cintanya Mila. Dia udah nunggu kamu 1 tahun lebih” timpal Ogi mendengar pembicaraan Angga dan Riva.
“Udah-udah malah debat sih. Yuk makan aja aku udah persiapin makan untuk kalian. Ayo bawa sini tikarnya”
Ogi melihat Riva tertawa mendengar guyonan Angga. Andai kamu tahu Riva sesungguhnya aku mencintaimu. Tapi aku nggak mau jika seandainya aku sudah jadi kekasihmu kamu tahu kalau aku punya penyakit yang tidak dapat sembuh ini. Katanya dalam hati. Melihat Ogi yang tampak sedih, Riva mendekatinya.
“Ogi, kamu kenapa sejak tadi murung terus?? Ada masalah ya??”
“Ehm..ehm gak ada kok cuma bingung aja gitu aku sama perasaan ini (sambil memegang dadanya)” jawabnya spontan.
“Maksudmu apa??”
“Nggak-nggak kok gak ada apa-apa. Yuk kita pulang aja. Keburu malam nich”
Ogi merasa bingung sendiri dengan ucapannya itu. Tapi dalam hatinya ia sangat mencintai Riva. Cewek yang selama ini bisa membuatnya tersenyum dan tertawa.
  
Burung-burung berkicau layaknya mennyanyi. Embun-embun tampak terlihat di dedaunan yang hijau. Hari ini Ogi tampak ceria sekali. Tapi dalam benak Ogi masih saja ragu untuk menyatakan cinta pada Riva. Riva kali ini mengajak Ogi untuk menemaninya menemui nasabah diluar kota.
“Ogi, kamu gak keberatan kan nemani aku nemui nasabah??” ujar Riva sambil menatap temannya itu.
“Nggak Riv, aku gak keberatan kok nemani kamu”
“Tapi kamu kok pucat gitu. Tadi waktu dikantor kamu gak seperti itu” tanya Riva khawatir.
“Nggak papa Riv, mungkin aku cuma kecapekan aja, semalem lembur” jawab Ogi menyembunyikan sakitnya.
“Beneran?? Ya udah kita istirahat aja, kita makan siang dulu”
Mobil mereka berhenti di sebuah rumah makan di kawasan Pati. Lalu Ogi dan Riva memasuki dan memesan makanan. Lima menit berlalu makanan yang dipesan Ogi dan Riva jadi. Tapi tiba-tiba kepala Ogi pusing dan mendadak pingsan.
“Ogi...Ogi...!!! Kamu kenapa??” panik Riva.
Riva menelpon Angga yang kebetulan ada didekat jalan itu. Sepuluh menit kemudian Angga datang dan segera memanggil ambulan untuk membawa Ogi kerumah sakit. Ogi sudah tidak kuat menahan rasa sakit di hatinya itu. Terlintas olehnya bayangan Riva tapi perlahan menjauh dari Ogi.
Satu jam berlalu dan kini kondisi Ogi mulai membaik. Sang dokter memanggil Angga untuk menemuinya.
“Anda teman dari saudara Ogi??” kata sang dokter.
“Benar pak saya temannya. Keluarganya belum datang nanti sore baru datang pak” jelas Angga.
“Begini, kondisi Ogi sekarang sudah membaik tapi jika dalam 2 bulan ini kondisi Ogi tambah memburuk. Resikonya bisa fatal” ujar dokter itu lalu menundukkan kepala.
“Ada apa dengan Ogi pak??”
“Ogi menderita kanker hati dan itu tidak bisa disembuhkan kecuali ada pendonor hati buat dia”
“Apa tidak ada cara lain pak dokter??” tanya Angga yag kini mulai meneteskan air mata.
“Maaf tidak ada mas. Hanya itu yang bisa menolong nyawa Ogi. Kalau begitu nanti jika keluarga Ogi datang, tolong hal ini dibicarakan sama keluarganya. Saya permisi dulu” terang sang dokter.
Betapa sedihnya Angga saat itu saat melihat kondisi sahabat karibnya itu.
  

Hari-hari Ogi yang selalu ceria kini harus diisi dengan tangisan dan kepedihannya setelah tahu bahwa kanker hatinya tidak dapat disembuhkan. Ia begitu mencintai Riva tapi jika ia mencintainya hal itu tidak akan membuat Riva bahagia. Dengan tekad yang bulat Ogi kini akan mengibas jauh cinta pada Riva. Angga yang selalu menemani selalu memberi dorongan pada Ogi untuk tegar dalam menghadapi cobaan ini.
“Ogi, ayo diminum obatnya sebentar lagi Riva mau kesini” pinta Angga.
Air mata Ogi kini mulai membasahi pipinya. Ia tak kuasa membendungnya terlalu lama.
“Apa gunanya minum obat Angga. Jika yang ada bisa menyembuhkanku tapi ini akan malah menambah beban aku yang sebentar lagi akan pergi untuk selamanya” jawab Ogi.
“Tapi apakah kamu mau melihat orang yang kamu cintai akan sedih jika melihat kamu seperti ini?? Percayalah pada Allah Ogi. Semoga Allah akan memberikan pendonor hati buatmu dan kamu bisa sembuh lagi” ucap Angga.
Ogi tersentak dengan ucapan Angga. Ia kembali teringat denga cintanya pada Riva tapi yang ada ini akan membuatnya begitu sakit jika mencintainya.
“Angga...!!!” kata Ogi.
“Ya ada apa kawan (mendekati Ogi)” jawabnya.
“Tolong sampaikan pada Riva kalau aku sangat mencintainya. Aku ingin sebelum aku pergi kamu berikan ini padanya (mengambil dilaci meja). Ini cincin yang akan aku berikan pada Riva. Tapi aku mengurung niatku itu”
Tanpa disengaja Riva yang sudah datang tadi mendengar semua pembicaraan Ogi dan Angga. Ogi kenapa kamu tidak bilang yang sebenarnya padaku?? Aku sangat mencintaimu Ogi. Tapi apakah dengan begini caranya?? Gumam Riva dalam hati lalu pulang.
  

DUA BULAN KEMUDIAN
Dua bulan kini telah tiba. Tapi kondisi Ogi semakin memburuk. Ogi dilarikan kerumah sakit lagi. Dan kali ini Ogi dirawat di ICU. Seluruh keluarga Ogi hanya menangis dan hanya bisa berdoa pada Allah. Selama dua minggu ini Ogi masih dirawat di ICU dengan kondisinya yang kritis. Tapi tiba-tiba sang dokter memberi kabar gembira.
“Keluarga Ogi Prasetya...!!!” panggil sang dokter.
Tak ada yang menemui karena kepedihan yang dirasakan oleh keluarganya. Sehingga Angga yang kini menemui sang dokter.
“Ya pak saya wakil dari saudara Ogi Prasetya. Gimana pak kondisi sahabat saya ini??”
“Alhamdulillah kesehatan Ogi bisa diselamatkan karena ada yang mendonorkan hatinya. Tapi sebelum orang itu meninggal ia menitipkan sebuah cincin dan sebuah surat ini pada saya” terang sang dokter lalu menyerahkan pada Angga.
Angga menerima surat itu. Dibukanya amplop berwarna merah muda itu. Betapa terkejutnya ketika ia membuka surat itu. Foto Riva, tulisan dan cincin pemberian Ogi yang dititipkan pada Angga.
“Apa?? Riva yang mendonorkan hati untuk Ogi?? Kenapa harus begini” tangisan Angga mulai terdengar.
Operasi pada Ogi dimulai. Ogi yang masih tak sadarkan diri dibawa ke ruang operasi. Lima jam kemuadian operasi selesai. Dan kini kesehatan Ogi mulai membaik hingga Ogi dibawa pulang kerumah.
Keesokan harinya entah kenapa hati Ogi teringat dengan Riva. Lalu ia menyuruh Angga untuk ke rumahnya.
“Angga, Riva kok gak pernah keliatan. Emangnya dia sibuk ya??” tanya Ogi pada sahabatya.
Angga hanya bisa diam dan mulai meneteskan air matanya.
“Kamu kenapa malah menangis Angga?? Apa yang terjadi dengan Riva?? Ayo katakan padaku??” panik Ogi.
“Sebenarnya yang mendonorkan hati untuk kamu adalah Riva Ogi. Sebelum meninggal dia menitipkan surat ini pada dokter lalu memberikannya padaku” jawab Angga sesenggukan.
Diterimanya surat itu lalu perlahan dibukanya...
Dear My Lovely...
Ogi kekasihku. Sejak dulu pertama aku liat kamu aku sudah jatuh cinta padamu begitupun kamu. Tapi kenapa kamu tidak bilang ke aku jika kamu cinta aku?? Dan mengapa kamu tidak jujur padaku soal kamu punya penyakit itu. Kalau tahu aku sejak dulu aku akan katakan padamu jika aku mencintaimu. Tapi sudahlah yang penting sekarang aku jujur padamu. Semoga dengan aku memberikan hati ini. Cintaku padamu akan tetap ada dalam dirimu selamanya. Aku akan selalu bersamamu Ogi sayang
Karena aku sangat mencintaimu dan menyayangimu...

Salam dari Cintamu,,
Riva

Betapa sedihnya hati Ogi saat itu. Tangisannya kini membasahi ppinya yang kering. Kenapa kamu lakukan ini padaku Riva. Kenapa kamu korbankan padaku hanya demi cintamu padaku?? Kenapa??.

Ogi memandangi nisan yang bertuliskan nama Riva. Sekuntum mawar merah ditaruh di nisan Riva. Ia tak henti-hentinya menangis meratapi kepergian Riva yang tak akan kembali untuk selamanya.
Riva, kan kujaga selalu hatimu pada diriku ini. Seperti halnya cintaku yang tulus padamu. Semoga kita kan berjumpa lagi disurga nanti. I Love You Riva, sayangku... gumam Ogi.

THE END

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates