Ogi terperanjat dari tidurnya yang nyenyak saat jam bekernya berbunyi. Dilihatnya jam beker itu menunjukkan pukul 5 pagi. Ia langsung wudhu dan melaksanakan sholat shubuh. Lalu memanjatkan doa kepada Allah SWT, Sang Pencipta Alam Semesta ini. Ia teringat dengan tugas laporan yang belum selesai dikerjakan. Lima belas menit kemudian tugas laporan itu selesai. Ogi menyambar handuk kesayangannya yang berwarna ungu lalu berlari ke kamar mandi. Selang beberapa menit ia selesai dengan guyuran air ditubuhnya itu. Kemeja warna biru muda dan celana hitam menjadi pilihannya hari ini, tak lupa ia memakai dasi pemberian ibunya itu.
Dibukanya garasi rumahnya dan dikeluarkannya motor vario techno miliknya. Tiba-tiba suara hpnya berbunyi dengan nyaring. Sebuah sms dari Angga yang mengharuskan untuk mengambil data di PT. Marvin.
“Huh, kenapa setiap kali ngambil data pasti aku terus sich??” desisnya kesal.
Motor vario technonya kini melaju dengan pasti meninggalkan rumah tercintanya. Lima belas menit berlalu, sampailah Ogi di BNI 46 tempat ia bekerja. Suasana kantor saat itu ramai sekali. Ogi bingung dengan sendirinya saat memasuki kantornya. Angga yang melihat Ogi segera menghampirinya.
“Hei Bro...!!! Ngapain bengong kayak gitu??” kata Angga sambil menepuk pundak sahabatnya itu.
“Ya bingunglah. Soalnya dari tadi teman-teman pada sibuk ngomong-ngomong melulu. Kayak ada pegawai baru aja” jawab Ogi bingung.
“Yups..!! Bener banget Ogi. Emang ada pegawai baru dikantor kita. Cantik lagi. Sebentar lagi dia juga datang kok. Kamu jangan kaget ya kalau ngeliatnya, hehehe” goda Angga tertawa kecil melihat kelakuan temannya itu.
Suara langkah sepatu hak tinggi khas cewek terdengar. Tercium aroma parfum yang menyengat hidung Ogi. Sesosok cewek tampak mulai memasuki kantor dengan penampilannya yang membuat semua terpana begitu melihatnya.
“Selamat pagi semuanya...!!!” ceria cewek pegawai baru itu.
“Selamat pagi juga...” balas teman-teman.
“Semoga dengan saya hadir disini bisa membuat kantor ini tambah maju dan visi misinya tercapai. Saya Riva. Salam kenal semuanya” ramah cewek berambut panjang itu.
Tanpa disengaja mata indah itu melihat Ogi yang masih terpana melihatnya. Riva hanya tersenyum saat Ogi memandanginya. Entah kenapa hati Ogi berdesir dengan kencang. Apakah aku mulai jatuh cinta lagi Tuhan?? Gumamnya dalam hati.
Semenjak itu hubungan Ogi dan Riva semakin dekat hingga menjadi sahabat. Tapi entah kenapa hati Ogi masih saja ragu dengan perasaannya yang kian hari kian berkecamuk dibenaknya. Sabtu-minggu dimanfaatkan oleh Ogi dan Angga untuk berlibur. Rivapun ikut. Dan kali ini mereka berlibur dipantai Kartini, Jepara.
“Eh lihat itu Ogi ombaknya banyak banget..!!!” seru Riva pada Ogi.
“Iya banyak banget ya Riv. Yuk kita ke patung kura-kura itu. Kita foto-foto bareng” ajak Ogi lalu tanpa sengaja menarik lengan Riva.
Angga yang melihatnya hanya tersenyum dan merasa dirinya tak ada yang menemaninya.
“Duh senengnya yang udah punya pacar?? Aku jadi ngiri nich??” celutuk Angga.
“Ih...siapa yang pacaran. Kita ini cuma sahabatan aja kok. Kayak aku dan kamu gitu sahabat. Gak lebih..” terang Riva.
“Iya kamu ini gitu sih Angga. Kalau kamu pengin punya pacar kenapa gak dari dulu terima aja cintanya Mila. Dia udah nunggu kamu 1 tahun lebih” timpal Ogi mendengar pembicaraan Angga dan Riva.
“Udah-udah malah debat sih. Yuk makan aja aku udah persiapin makan untuk kalian. Ayo bawa sini tikarnya”
Ogi melihat Riva tertawa mendengar guyonan Angga. Andai kamu tahu Riva sesungguhnya aku mencintaimu. Tapi aku nggak mau jika seandainya aku sudah jadi kekasihmu kamu tahu kalau aku punya penyakit yang tidak dapat sembuh ini. Katanya dalam hati. Melihat Ogi yang tampak sedih, Riva mendekatinya.
“Ogi, kamu kenapa sejak tadi murung terus?? Ada masalah ya??”
“Ehm..ehm gak ada kok cuma bingung aja gitu aku sama perasaan ini (sambil memegang dadanya)” jawabnya spontan.
“Maksudmu apa??”
“Nggak-nggak kok gak ada apa-apa. Yuk kita pulang aja. Keburu malam nich”
Ogi merasa bingung sendiri dengan ucapannya itu. Tapi dalam hatinya ia sangat mencintai Riva. Cewek yang selama ini bisa membuatnya tersenyum dan tertawa.
Burung-burung berkicau layaknya mennyanyi. Embun-embun tampak terlihat di dedaunan yang hijau. Hari ini Ogi tampak ceria sekali. Tapi dalam benak Ogi masih saja ragu untuk menyatakan cinta pada Riva. Riva kali ini mengajak Ogi untuk menemaninya menemui nasabah diluar kota.
“Ogi, kamu gak keberatan kan nemani aku nemui nasabah??” ujar Riva sambil menatap temannya itu.
“Nggak Riv, aku gak keberatan kok nemani kamu”
“Tapi kamu kok pucat gitu. Tadi waktu dikantor kamu gak seperti itu” tanya Riva khawatir.
“Nggak papa Riv, mungkin aku cuma kecapekan aja, semalem lembur” jawab Ogi menyembunyikan sakitnya.
“Beneran?? Ya udah kita istirahat aja, kita makan siang dulu”
Mobil mereka berhenti di sebuah rumah makan di kawasan Pati. Lalu Ogi dan Riva memasuki dan memesan makanan. Lima menit berlalu makanan yang dipesan Ogi dan Riva jadi. Tapi tiba-tiba kepala Ogi pusing dan mendadak pingsan.
“Ogi...Ogi...!!! Kamu kenapa??” panik Riva.
Riva menelpon Angga yang kebetulan ada didekat jalan itu. Sepuluh menit kemudian Angga datang dan segera memanggil ambulan untuk membawa Ogi kerumah sakit. Ogi sudah tidak kuat menahan rasa sakit di hatinya itu. Terlintas olehnya bayangan Riva tapi perlahan menjauh dari Ogi.
Satu jam berlalu dan kini kondisi Ogi mulai membaik. Sang dokter memanggil Angga untuk menemuinya.
“Anda teman dari saudara Ogi??” kata sang dokter.
“Benar pak saya temannya. Keluarganya belum datang nanti sore baru datang pak” jelas Angga.
“Begini, kondisi Ogi sekarang sudah membaik tapi jika dalam 2 bulan ini kondisi Ogi tambah memburuk. Resikonya bisa fatal” ujar dokter itu lalu menundukkan kepala.
“Ada apa dengan Ogi pak??”
“Ogi menderita kanker hati dan itu tidak bisa disembuhkan kecuali ada pendonor hati buat dia”
“Apa tidak ada cara lain pak dokter??” tanya Angga yag kini mulai meneteskan air mata.
“Maaf tidak ada mas. Hanya itu yang bisa menolong nyawa Ogi. Kalau begitu nanti jika keluarga Ogi datang, tolong hal ini dibicarakan sama keluarganya. Saya permisi dulu” terang sang dokter.
Betapa sedihnya Angga saat itu saat melihat kondisi sahabat karibnya itu.
Hari-hari Ogi yang selalu ceria kini harus diisi dengan tangisan dan kepedihannya setelah tahu bahwa kanker hatinya tidak dapat disembuhkan. Ia begitu mencintai Riva tapi jika ia mencintainya hal itu tidak akan membuat Riva bahagia. Dengan tekad yang bulat Ogi kini akan mengibas jauh cinta pada Riva. Angga yang selalu menemani selalu memberi dorongan pada Ogi untuk tegar dalam menghadapi cobaan ini.
“Ogi, ayo diminum obatnya sebentar lagi Riva mau kesini” pinta Angga.
Air mata Ogi kini mulai membasahi pipinya. Ia tak kuasa membendungnya terlalu lama.
“Apa gunanya minum obat Angga. Jika yang ada bisa menyembuhkanku tapi ini akan malah menambah beban aku yang sebentar lagi akan pergi untuk selamanya” jawab Ogi.
“Tapi apakah kamu mau melihat orang yang kamu cintai akan sedih jika melihat kamu seperti ini?? Percayalah pada Allah Ogi. Semoga Allah akan memberikan pendonor hati buatmu dan kamu bisa sembuh lagi” ucap Angga.
Ogi tersentak dengan ucapan Angga. Ia kembali teringat denga cintanya pada Riva tapi yang ada ini akan membuatnya begitu sakit jika mencintainya.
“Angga...!!!” kata Ogi.
“Ya ada apa kawan (mendekati Ogi)” jawabnya.
“Tolong sampaikan pada Riva kalau aku sangat mencintainya. Aku ingin sebelum aku pergi kamu berikan ini padanya (mengambil dilaci meja). Ini cincin yang akan aku berikan pada Riva. Tapi aku mengurung niatku itu”
Tanpa disengaja Riva yang sudah datang tadi mendengar semua pembicaraan Ogi dan Angga. Ogi kenapa kamu tidak bilang yang sebenarnya padaku?? Aku sangat mencintaimu Ogi. Tapi apakah dengan begini caranya?? Gumam Riva dalam hati lalu pulang.
DUA BULAN KEMUDIAN
Dua bulan kini telah tiba. Tapi kondisi Ogi semakin memburuk. Ogi dilarikan kerumah sakit lagi. Dan kali ini Ogi dirawat di ICU. Seluruh keluarga Ogi hanya menangis dan hanya bisa berdoa pada Allah. Selama dua minggu ini Ogi masih dirawat di ICU dengan kondisinya yang kritis. Tapi tiba-tiba sang dokter memberi kabar gembira.
“Keluarga Ogi Prasetya...!!!” panggil sang dokter.
Tak ada yang menemui karena kepedihan yang dirasakan oleh keluarganya. Sehingga Angga yang kini menemui sang dokter.
“Ya pak saya wakil dari saudara Ogi Prasetya. Gimana pak kondisi sahabat saya ini??”
“Alhamdulillah kesehatan Ogi bisa diselamatkan karena ada yang mendonorkan hatinya. Tapi sebelum orang itu meninggal ia menitipkan sebuah cincin dan sebuah surat ini pada saya” terang sang dokter lalu menyerahkan pada Angga.
Angga menerima surat itu. Dibukanya amplop berwarna merah muda itu. Betapa terkejutnya ketika ia membuka surat itu. Foto Riva, tulisan dan cincin pemberian Ogi yang dititipkan pada Angga.
“Apa?? Riva yang mendonorkan hati untuk Ogi?? Kenapa harus begini” tangisan Angga mulai terdengar.
Operasi pada Ogi dimulai. Ogi yang masih tak sadarkan diri dibawa ke ruang operasi. Lima jam kemuadian operasi selesai. Dan kini kesehatan Ogi mulai membaik hingga Ogi dibawa pulang kerumah.
Keesokan harinya entah kenapa hati Ogi teringat dengan Riva. Lalu ia menyuruh Angga untuk ke rumahnya.
“Angga, Riva kok gak pernah keliatan. Emangnya dia sibuk ya??” tanya Ogi pada sahabatya.
Angga hanya bisa diam dan mulai meneteskan air matanya.
“Kamu kenapa malah menangis Angga?? Apa yang terjadi dengan Riva?? Ayo katakan padaku??” panik Ogi.
“Sebenarnya yang mendonorkan hati untuk kamu adalah Riva Ogi. Sebelum meninggal dia menitipkan surat ini pada dokter lalu memberikannya padaku” jawab Angga sesenggukan.
Diterimanya surat itu lalu perlahan dibukanya...
Dear My Lovely...
Ogi kekasihku. Sejak dulu pertama aku liat kamu aku sudah jatuh cinta padamu begitupun kamu. Tapi kenapa kamu tidak bilang ke aku jika kamu cinta aku?? Dan mengapa kamu tidak jujur padaku soal kamu punya penyakit itu. Kalau tahu aku sejak dulu aku akan katakan padamu jika aku mencintaimu. Tapi sudahlah yang penting sekarang aku jujur padamu. Semoga dengan aku memberikan hati ini. Cintaku padamu akan tetap ada dalam dirimu selamanya. Aku akan selalu bersamamu Ogi sayang
Karena aku sangat mencintaimu dan menyayangimu...
Salam dari Cintamu,,
Riva
Betapa sedihnya hati Ogi saat itu. Tangisannya kini membasahi ppinya yang kering. Kenapa kamu lakukan ini padaku Riva. Kenapa kamu korbankan padaku hanya demi cintamu padaku?? Kenapa??.
Ogi memandangi nisan yang bertuliskan nama Riva. Sekuntum mawar merah ditaruh di nisan Riva. Ia tak henti-hentinya menangis meratapi kepergian Riva yang tak akan kembali untuk selamanya.
Riva, kan kujaga selalu hatimu pada diriku ini. Seperti halnya cintaku yang tulus padamu. Semoga kita kan berjumpa lagi disurga nanti. I Love You Riva, sayangku... gumam Ogi.
THE END
Rabu, 16 Maret 2011
“CINTA DAN PENGORBANAN”
Diposting oleh Hilman Farizi di 05.22Label: cerpen
Rabu, 02 Maret 2011
PUPUS HARAPANKU (Terinspirasi dari lagu Ciptaan Sendiri)
Diposting oleh Hilman Farizi di 06.47Tiga Tahun Yang Lalu, sebelum Perpisahan SMP
Gadis mengajakku keliling sekolah. Sesekali tangannya yang putih memegang tanganku.
“Sandy, kamu tahu gak kenapa aku ngajak kamu jalan-jalan keliling sekolah??” ucap Gadis.
“Ya mana aku tahu?? Kamu aja dari tadi gak ngasih aku jawabannya sih, hehehe” jawabku sambil mengedipkan mata padanya.
“Sebenarnya aku ingin berkata jujur padamu, tapi aku kasian padamu??”
“Ngomong aja Gadis. Aku kan sahabatmu siapa tahu aku bisa bantu kamu” Jawabku menyakinkan Gadis.
“Aku ditembak sama Erlin San...!!!. Gimana baiknya??” Ujar Gadis bertanya padaku.
Sejenak aku terdiam bagaikan patung. Kata-kata itu membuat hatiku hancur berkeping-keping. Gadis menatapku dengan wajahnya yang cantik dan memanggilku.
“Sandy?? Sandy?? Kok bengong, ada yang salah ya dengan kata-kataku??” Tanya Gadis.
“Nggak kok, gak ada apa-apa. Ya terima aja kalau hatimu mang suka ma Erlin” Jawabku kaku.
“Tapi San, apa kamu gak...”
“Nggak papa Dis, untuk sahabat aku akan membantu kamu selagi aku bisa” Kataku padanya.
“Makasih ya Sandy atas saranmu padamu” Jawab Gadis lalu menarikku jajan dikantin.
♥ ♥ ♥
Saat Perpisahan SMP
Pagi yang harusnya kurasakan dengan kebahagiaan karena lulus ujian tak bisa mengobati hatiku yang lara ini. Ucapan Gadis kemarin membuat hatiku terasa teriris perih bagaikan terkena pedang yang tajam. Acara perpisahan dimulai, aku terdiam tanpa kata-kata yang terucap dari bibirku ini. Sahabatku Faiz melihatku dan memanggilku.
“Sandy, kamu kenapa?? Dari tadi tak lihat kamu murung dan diam terus?? Kamu sakit ya?.” Katanya dengan iba melihatku.
“Nggak kok, gak kenapa-napa. Kamu nanti malam ada waktu gak?? Aku mau sharing ma kamu” Jawabku.
“Baik nanti malam aku tak kerumahmu. Tapi kamu jangan sedih gitu dong. Yuk naik panggung. Giliran paduan suara kita maju” Ajak Faiz.
“Baiklah...” jawabku lesu.
Aku melangkahkan kakiku menuju panggung. Kulihat dengan jelas Gadis duduk berdua dengan Erlin. Betapa sakitnya aku melihat pemandangan itu. Aku merasa tertatih untuk menggapainya. Tuhan, tolonglah diriku ini...
♥ ♥ ♥
Dua Tahun Yang Lalu, waktu kelas XI SMA
Sejak perpisahanku dengan Gadis, aku selalu masih mengharapkannya. Aku bagaikan pungguk yang merindukan bulan. Memang aku tahu aku dan Gadis tidak satu sekolah lagi. Faiz sahabatku sejak SMP yang kebetulan satu SMA denganku selalu memberikan saran padaku agar aku bisa melupakan Gadis. Tapi apa daya hatiku selalu saja mengatakan bahwa dia adalah satu-satunya cinta dihatiku. Sore ini aku diajak untuk kerumahnya Gadis. Aku menolaknya tapi Faiz memaksaku dan akhirnya aku menurut Faiz untuk ikut kerumahnya.
Motor Faiz melaju pasti meninggalkan rumahku di Besito. Lima belas menit berlalu dan sampailah kita dirumah Gadis di Kajeksan. Tanaman bunga sepatu menghiasi halaman rumah Gadis. Tampak di sudut halaman itu Gadis sedang menyapu halamannya yang penuh dedaunan yang rontok dengan sapu lidinya. Faiz memanggilnya dengan sangat sopan padanya.
“Assalamualaikum..!!!” salam Faiz pada Gadis.
“Walaikumsalam..!!!” jawabnya sambil menoleh kearah kami.
“Gadis. Ini kita Faiz dan Sandy” Kata Faiz semangat.
“Ya Allah Faiz dan Sandy?? Mari masuk, aku dah lama gak pernah ketemu kalian. Jadi kangen, hehehe...” canda Gadis dengan lesung pipinya yang manis.
Kamipun memasuki ruang tamu Gadis dan duduk di sofanya. Gadis masih seperti dulu meskipun dua tahun aku tak bertemu dengannya. Gadis masuk kedalam dan tak lama membawakan kami minuman dan snack ringan. Entah kenapa jantungku berdegup dengan kencang waktu dia menaruh minuman didepanku.
“Ayo diminum dong gak usah malu-malu...!!!” ujarnya.
“Iya makasih Dis. Jadi ngrepotin nih kita, hehehe.” Jawab Faiz sembari tertawa kecil.
Gadis menatapku lalu perlahan menyapaku.
“Eh Sandy dari tadi kamu diam melulu. Ada apa??”
“Nggak ada apa-apa. Gimana kabarnya?? Udah punya pacar lum??” Kataku untuk mengalihkan keteganganku.
“Alhamdulillah baik-baik saja. Pacar?? Gimana ya ngomongnya malu aku San??” Ucap Gadis tersipu malu.
“Ngomong aja Dis, kita kan udah sahabatan sejak lama. Ngapain malu??” Timpal Faiz mendengar pembicaraan aku dan Gadis.
“Pacar sih belum. Tapi masih PDKT gitu dech. Kamu ini San, ngomongnya langsung itu. Jadi malu kan aku?? Tapi aku lagi PDKT ma teman kita waktu SMP n kebetulan dia satu SMA lagi ma aku” Jelas Gadis.
Betapa kagetnya aku mendengar kata itu. Kukira semenjak Gadis memberitahuku kalau dia diputuskan Erlin dia belum punya pacar. Kenapa Tuhan?? Aku terlalu mengharap dia untuk jadi kekasihku??.
“Sandy?? Kamu kenapa lagi??”
“Nggak kenapa-napa kok. Eh Faiz yuk pulang dulu kita ada tugas kelompok. Jadinya kita pulang dulu ya Gadis” Kataku sambil memberi isyarat pada Faiz.
“I...Iya Gadis. Kami pulang dulu ya n makasih ya atas jamuannya”
“Iya sama-sama tapi nomer kalian masih tetap kan. Kapan-kapan aku sms atau nelpon kalian”
“Iya masih sama kok” Jawab Aku dan Faiz serempak.
♥ ♥ ♥
Malam yang begitu dingin berselimut hujan yang deras membasahi kota Kudus. Aku hanya bisa mengingat kejadian tadi sore yang membuat hatiku penuh dengan cemburu. Ada apa dengan diriku ini?? Aku terlalu mencintai Gadis tapi apakah dia punya perasaan yang sama seperti hatiku ini?? Aku menatap langit-langit kamar, tiba-tiba bayangan Gadis terbesit dihatiku. Tak berapa lama suara hapeku menggema. Kulihat dilayar hapeku sebuah pesan dari Gadis.
Mlm Sandy...
Eh hri minggu km da acra gak??
Pengirim : Gadis (+6285641987623)
Kubalas sms itu dengan perasaan bingung tapi juga senang.
Untuk : Gadis
Mlm jg Gadis...
Maaf rulez. Mggu sih gk da acra. Mangnya mo kmana??
Diapun membalasnya..
Tak ajak ke acra ultah pacarku ya?? Plis aq pgin da sohibku ikut
Pengirim : Gadis (+6285641987623)
Aku diam sejenak, tapi suara hapeku berbunyi lagi. Kali ini Gadis menelponku
“Kok malah gak dijawab smsku?? Mau apa gak??”
“ Ya mau tapi apa nanti pacarmu gak marah aku ikut di acara ultahnya??” Kataku menghela napas.
“Nggak n aku mau kenalin ke kamu pacar aku itu” Gembira Gadis.
“Ok dech. Ya udah besok hari minggu kamu aku jemput. Sampai ketemu Sobat..!!!” Jawabku menutup telponnya
♥ ♥ ♥
Hari Minggu
Sinar mentari mulai memasuki celah-celah kamarku. Alunan kicauan burung perkutut kakakku mengisi hari minggu yang indah ini. Aku berangkat ke rumah Gadis untuk menjemputnya. Sampai disana kutunggu Gadis. Lima menitan Gadis muncul dengan pakaiannya yang indah. Ia bagaikan Putri Cinderella yang kecantikannya membuat orang terpana melihatnya begitu juga denganku yang melihatnya.
“Eh, bengong aja kamu?? Gimana cantik gak aku pakai pakaian ini??” Celutuk Gadis berkata padaku.
“Wah cantik banget Gadis. Kayak Putri Cinderella” Kataku memujinya tapi hatiku begitu sakit.
“Ya udah berangkat sekarang yuk. Acaranya jam 9 ini”
Motorku melaju meningalkan rumah Gadis. Sampai disana kulihat rumah pacar baru Gadis. Hiasan-hiasan khas ultah tertata rapi disana. Acarapun dimulai. Gadis menggandeng seorang cowok ke arahku. Kulihat cowok itu dan aku kayaknya pernah kenal dia. Dan tanpa kusangka ternyata cowok itu adalah Erlin lagi.
“Maaf Sandy, aku lum kasih tahu kamu kalau aku dan Erlin CLBK lagi”
“Tapi kamu kan pernah bilang kalau dia playboy dan kenapa kamu CLBK lagi ma dia??” kataku mulai marah.
“Kamu kenapa ngomong seperti itu Sandy. Kamu gak punya hak untuk melarangku seperti itu”
“Karena aku mencintaimu. Kamu dengar itu Gadis” Marahku padaya.
“Apa kamu mencintaiku?? Aku nggak mau mencintai seorang yang menyakiti hatiku seperti kamu...!!!”
“Terserah apa katamu Gadis itu adalah ucapanku yang sebenarnya” Kataku lalu berpaling keluar untuk tak membuat hatiku tambah hancur melihat Gadis dan Erlin.
Betapa bodohnya aku memarahi Gadis didepan Erlin. Tapi berawal dari itu aku bisa mengungkapkan perasaanku yang selama ini aku pendam. Biarlah Gadis membenciku dulu...
♥ ♥ ♥
Saat Pengambilan Ijazah SMA
Tiga tahun berlalu semenjak acara perpisahan SMP. Aku mengatakannya demikian karena meskipun dua tahun yang lalu aku pernah ketemu Gadis tapi kebersamaan aku dan dia hanya kurasakan tiga tahun yang lalu saat perpisahan SMP. Aku menunggu Faiz datang dikelas. Lama menunggunya aku lalu keliling sekolah. Kulangkahkan kakiku menuju kantor karena Faiz sudah menungguku disana. Aula sangat ramai dikunjungi oleh para calon siswa baru. Dan diantara mereka kulihat dengan pasti sesosok cewek berambut sebahu bersama temannya yang berjilbab. Dan cewek itu adalah Gadis. Dia melihatku lalu menghampiriku.
“Sandy...!!! Sandy...!!!” Panggil Gadis.
“Gadis?? Ngapain kamu ke skulku??” Tanyaku padanya.
“Ini apa nganter temenku liat pengumungan pendaftaran. Adiknya mau daftar di SMAmu. Ya udah aku tak kesana dulu ya”
Gadis berlari menuju temannya yang sibuk membaca pengumuman yang ditempel di depan Aula.
♥ ♥ ♥
Tiga jam kemudian
Aku terdiam lagi saat aku mendapat sms dari Gadis yang memberitahukan bahwa hari Senin dia akan tunangan dengan Erlin. Sakit rasanya melihat sms itu tapi apa daya hal itu sudah terlanjur terjadi. Mengapa aku terluka?? Aku terlalu mencintainya hingga membuat hatiku hancur berkeping-keping. Seandainya waktu dapat kuputar kembali. Seandainya waktu dapat mengerti hatiku. Aku akan ungkapkan semua yang ada dihatiku itu tiga tahun yang lalu. Tapi perpisahan telah menghalangi aku untuk memegang janji cinta dengannya. Pupus sudah kini harapanku untuk mencintai dan merindunya lagi. Tapi cintaku pada Gadis akan aku simpan rapi di hatiku ini sampai aku menemukan cinta sejatiku.
THE END