Daun-daun di taman kota berterbangan
diterpa angin yang begitu kencang. Suara hiruk pikuk kendaraan lalu lalang
terdengar jelas di telingaku. Aku masih saja tak memperdulikan suara yang
tiba-tiba saja memanggil-manggil namaku. Tapi suara itu kini semakin mendekat,
aku menoleh ke arah suara tadi.
“Firman…!!! Firman…!!! Benar kamu Firman
kan?” sapa seorang cewek padaku.
“Iya aku Firman. Maaf kamu siapa?”
jawabku berbalik tanya.
“Kamu gak ingat aku? Aku Karin teman
Sdmu waktu kamu di Rembang..” jelasnya padaku.
“Karin?? Karin yang dulu rambutnya
sering dikepang dua dan giginya hitam itu ya?”
“Heem, ingat kan ma aku. Kamu kok gitu
ngomongnya, malu didengerin ma orang” sipu Karin.
“Ya ampun..!! Maaf gak tahu habis kamu
udah berubah cantik sekarang. Kamu di Kudus ngapain?”
“Aku sekolah SMA 2 di Kudus. Ayahku
dipindah di Kudus, jadi otomatis aku juga ikut pindah sekolahnya Kamu dimana?
Dah lama banget ya kita gak jumpa..”
“Oh kamu sekolah disini ya. Aku di SMA
1. Yuk kita ke warung itu aja, aku traktir deh sekalian kita ngobrol-ngobrol”
ajakku pada Karin.
Aku tak tahu mengapa hatiku selalu
bergetar-getar tak karuan. Rasa itu tiba-tiba muncul di dalam kalbuku yang
paling dalam. Mungkinkah ini pertanda Tuhan jika aku mulai jatuh cinta pada
Karin?
♥
♥ ♥
Semanjak pertemuanku dengan Karin,
setiap harinya aku selalu terbayang dengan wajah cantik Karin. Aku selalu
mimpikannya di setiap malam. Aku selalu membayangkan jika aku menjadi kekasih
hatinya. Tapi entah mengapa aku masih saja mengurung niatku itu.
Suara ketukan pintu terdengar. Aku
membuka pintu dengan penuh semangat hingga ibu menjadi kaget.
“Firman…Firman…!!! Kamu ngagetin ibu
saja. Itu kamu dicari ma Sapto katanya dia mau mengajak kamu pergi” kata ibu.
“Baik bu, bentar lagi aku kesana. Aku
mau sholat isya dulu” jawabku.
“Ya udah ibu mau buatin minuman Sapto
dulu ya. Sekalian nanti kalau kamu ke ruang tamu, ambilkan buah anggur di
kulkas ya..”
“Ok My Mam, siap sedia..hehehe” candaku
pada ibu.
Selang 10 menit berlalu, tampak Sapto
sedang mondar-mandir di ruang tamu melihat lukisan hasil karya ayahku hingga
dia tidak tahu kalau aku berada dibelakangnya.
“Bengong aja kamu liatin lukisan ayah.
Ayo duduk, itu lho anggurnya” ucapku sambil menunjuk anggur di meja ruang tamu.
“Ah..kamu ini ngagetin aku saja Fir. Ya
nanti aku makan sampe habis. Eh, kamu mau ya nemenin aku ke Swalayan. Aku di
suruh belanja banyak ma ibuku. Mau buat kue, soalnya dapat pesenan banyak. Mau
ya please??” pinta Sapto.
“Ya udah deh habis itu aku traktir nasi
goreng lho..!!!”
“Iya…iya tenang aja. Yuk berangkat
sekarang” ajaknya.
Swalayan yang dipadati oleh berbagai
orang terasa sangat ramai. Apalagi di malam minggu seperti ini. Aku mendorong
troli dengan perlahan-lahan sambil menikmati suasana swalayan. Seketika ku
tangkap sesosok yang aku kenal. Ku kejar cewek itu dan ternyata Karin.
“Karin…!!!” panggilku.
“Firman? Kamu disini ngapain? Borong
ya?” katanya dengan suara lembut.
“Aku nganterin temanku belanja keperluan
ibunya buat kue. Dapat pesanan banyak..”
“Lha temanmu mana kok gak sama kamu??”
Tak lama kemudian Sapto datang dengan
membawa gula pasir banyak di tangannya.
“Firman, kamu kemana aja sih? Dicariin
malahan hilang. Aku kerepotan nich..!!” kesal Sapto.
“Maaf Sapto, eh ini kenalin Karin teman
Sdku di Rembang. Karin ini Sapto sahabatku” ucapku.
“Karin, salam kenal Sapto”
“Iya salam kenal juga Karin. Eh Firman,
yuk cari tepung terigunya. Masih cari yang lain juga kok” ajak Sapto menarik
tanganku beserta trolinya.
“Ya udah Karin, aku duluan ya. Nanti sms
aku ya” gembiraku.
“Iya silahkan Firman. Insya Allah ya,
aku gak janji.hihihi…” jawabnya dengan ketawa kecil.
Barang-barang yang dibutuhkan Sapto kini
sudah dapat semua. Kami meninggalkan swawlayan dan menuju ke arah pedagang kaki
lima di pinggiran kota Kudus tempat jualan nasi goreng berada. Tampak kilauan
lampu-lampu menambah indahnya malam ini. Hingga tak terasa aku mulai terbayang
dengan Karin yang sudah membuatku tergila-gila padanya.
“Heh…!!! Malahan nglamun. Katanya tadi
minta traktir nasi goreng, kok gak dimakan?” ujar Sapto.
Aku masih saja tidak perdulikan Sapto
hingga ia mulai mengambil nasi gorengku.
“Eh, jangan diambil dong Sapto? Itu kan
nasi gorengku?” kataku menarik lagi piring nasi goreng.
“Habis kamu dari tadi senyam-senyum sendiri.
Kenapa naksir ma teman SDmu itu? Siapa tadi Karin kan?”
“Hehehe…kamu kok tahu sih Sapto. Gimana
ya mau jelasin ke kamu?”
“Udahlah gak perlu jelasin ke aku. Aku
udah tahu dari sifatmu yang sering
nglamun kalau lagi senang. Kenapa kamu gak jadian aja ma Karin. Kayaknya
dia cocok ma kamu..” kata Sapto.
“Nanti aja ya ceritanya. Sampai di rumah
aku ceritan semuanya deh ma kamu..”
“Ya udah habis makan nasi goreng
langsung pulang ya. Aku udah gak sabar pengen dengerin ocehanmu Firman…”
celutuk Sapto.
“Emang aku burung apa pake ngoceh
segala??” kesalku.
♥
♥ ♥
Hari ini aku pergi dengan Sapto untuk
mengikuti les di sebuah lembaga pendidikan di Kudus. Aku menghampiri Sapto yang
kebetulan rumahnya masih satu gang denganku. Kami meninggalkan rumah Sapto
menuju tempat kami les. Sesampainya disana, aku tak menyangka Karin juga ikut
les.
“Firman? Kamu les di sini juga ya?”
tanya Karin tak percaya.
“Iya, aku udah dari kelas X les disini.
Gak nyangka kita sering bertemu ya Rin?” jawabku gembira.
“Heem, aku juga tidak menyangka kok. Eh
besok kan hari minggu, mau ya nemenin aku? Aku pengin ke pantai Kartini di
Jepara. Mau ya nemenin aku? Please…!!!”
kata Karin meminta padaku.
“Baiklah kalau begitu. Ya udah yuk kita
masuk kelas. Tuh pengajarnya udah datang…”
Akhirnya kami bertiga memasuki kelas
yang sudah ramai dengan semangat.
Mentari memancarkan cahayanya dari ufuk
timur. Embun-embun menetes dari daun satu ke daun satunya lagi. Aku segera
bangun dan mandi karena hari ini adalah hari bahagiaku. Aku memilah-milih baju
yang pas untuk aku kenakan pergi ke pantai bersama Karin. Lalu aku pamitan
dengan ibu dan ayahku. Jam 7 aku berangkat menuju rumah Karin untuk
menjemputnya. Motorku kini melaju dengan pasti, 10 menit kemudian sampailah aku
di rumah Karin. Dia sudah menungguku di teras rumah. Tak lama kemudian ibu
Karin datang dan kamipun berpamitan.
Setengah jam berlalu, kini matahari
mulai naik pertanda sinarnya kini mulai menghangatkan bumi. Suasana di pantai
Kartini hari ini ramai dengan pengunjung baik dalam kota maupun luar kota.
Karin menggandeng tanganku mengajak aku turun ke pantai. Deburan ombak dan
semilir angin membuat suasana menjadi begitu indah. Tiba-tiba tangan Karin
memegang tanganku..
“Firman…” ucap Karin.
“Ya Karin ada apa?”
“Kamu percaya gak kalau cinta itu datang
kapan saja dan dimana saja?” tanya Karin.
“Ehm..ya percaya sih, karena cinta itu
lahir dari hati yang tulus. Karena cinta itu anugrah dari Tuhan. Karena cinta
kita mampu merasakan apa yang ada di hati kita. Di saat kita sedih cinta dapat
menghilangkannya dengan orang yang kita kasihinya…” jelasku beruntun.
“Wah kamu pujangga cinta banget Firman?
Andai saja ada seorang cowok yang bisa pengertian seperti kamu Firman. Betapa
beruntungnya cewek yang bisa mendapatkan kamu. Kamu baik, tampan, pinter
lagi..hehehe…”
“Jangan terlalu memujiku berlebihan Karin.
Aku juga sama sepertimu, sama-sama makhluk ciptaan Allah”
“Bijak banget kamu Firman. Ya udah kita
ke tempat itu saja aku udah pesenin rujak” ajak Karin menggandeng tanganku
lagi.
Kami saling berkejar-kejaran di pantai.
Kami saling bermain air dan juga mengelilingi laut menggunakan perahu. Andai
saja kamu tahu Karin, aku benar-benar mencintaimu. Tapi kenapa hatiku selalu
ragu untuk bilang ke kamu? Gumamku dalam hati.
Dua jam berlalu kini hari mulai siang
dan cuaca menjadi panas. Kami berdua pulang dengan perasaan yang bahagia.
Tampak tangan Karin tiba-tiba memelukku, sesekali dia mengucapkan kalimat
terima kasih padaku. Sampai di rumahnya aku segera berpamitan pulang, tapi
tanpa aku sadari Karin menarik tanganku dan mengecup pipiku.
“Terima kasih Firman udah nemenin aku ke
pantai Kartini” ucapnya.
“I…Iya sama-sama Karin. Ya udah aku
pulang dulu ya…” jawabku.
Malam
yang berselimut dengan hawa dingin tidak membuatku beranjak dari teras depan.
Aku masih saja memikirkan Karin saat bersama dengannya tadi pagi. Ya Allah, aku
sangat mencintainya. Aku ingin selalu bersama dia. Sampaikan rasa rinduku ini
padanya Tuhan. Jagalah dia Tuhan...
Suara hpku berbunyi, ku lihat sebuah sms
dari Karin
Assalamualaikum
Firman..
Mksh
ya td udh nemenin aq ke pantai. Aq juga minta maaf soal tadi…
Ku balas sms dari Karin…
Walaikumsalam
Karin..
Iya
sama2. Soal tadi gak usah minta maaf. Yg pntg kamu senang aku jg senang. Ya
udah aq mau nglanjutin ngerjakan Prku ya. Sampai jumpa…^_^
Aku menatap bintang di langit berharap
suatu hari aku bisa mengutarakan perasaanku pada Karin, pujaan hatiku.
♥
♥ ♥
Sinar bulan menyinari malam yang indah
ini. Aku berjalan bersama Karin mengelilingi taman kota. Kami duduk berdua
menatap bulan dan juga bintang yang berkelip di langit.
“Firman…!!!” ujar Karin.
“Ya Karin ada apa?” jawabku.
“Seandainya saja ada seseorang yang
mencintaimu dengan tulus hati apakah kamu akan tulus mencintainya?”
“Ya pasti aku akan mencintainya Karin.
Karena bagiku cinta adalah hal terindah dalam hidupku. Kenapa emangnya?”
“Gak papa kok, aku gak tahu kenapa aku
selalu memikirkan apa yang namanya cinta. Aku ingin punya kekasih yang baik dan
selalu setia padaku” katanya.
Aku diam sejenak. Aku bingung harus
bilang apa. Apakah harus sekarang aku berkata pada Karin bahwa aku
mencintainya?
“Aku yakin kamu pasti bisa mendapatkan
kekasih pujaan hatimu itu. Percayalah…!!!” semangatku padanya.
“Makasih Firman. Aku senang punya
sahabat baik sepertimu. Aku mau pulang” jawabnya.
“Ya udah aku antar saja ya?”
“Nggak usah aku mau sekalian ke rumah teman.
Ada belajar kelompok jadi aku nginap di rumah temanku…”
“Ya udah hati-hati Karin”
♥
♥ ♥
Entah kenapa hatiku selalu resah dan
gelisah. Aku terbayang dengan wajah Karin yang selalu menghantuiku terus.
Hingga tiba-tiba suara hpku berdering.
“Ya Halo Karin ada apa?” kataku memulai
pembicaraan.
“Halo apakah ini Nak Firman? Ini ibunya
Karin…uhuhuk…” jawab ibu Karin sesenggukan.
“Iya saya Firman Tante. Ada apa dengan
Karin tante?” jawabku mulai bingung.
“Karin sekarang di rumah sakit di ruang
ICU Firman. Karin sering memanggil nama kamu. Jadi tante mohon kamu bisa datang
kan?”
“Baik-baik tante. Firman langsung
berangkat sekarang”
Aku segera bergegas menuju rumah sakit.
Hatiku kini berliput rasa gundah dan juga resah. Sampai di rumah sakit aku
segera berlari menuju ruang ICU tempat Karin dirawat.
“Tante, maaf Karin sebenarnya sakit apa
dan kenapa dia tidak bilang sama Firman tante?” kataku.
“Uhuk…uhuk… Karin menderita kanker otak.
Dia melarang tante memberitahukan penyakitnya pada siapapun termasuk kamu
Firman. Karena Karin pernah bilang kalau dia jatuh cinta kepadamu” jelas Ibu
Karin.
Aku menghampiri Karin yang masih tak
sadarkan diri. Aku memegang tangannya dengan erat. Air mataku tiba-tiba
berlinang.
“Karin, ini aku Firman. Aku sekarang
berada disisimu. Aku sayang kamu Karin. Bangun Karin…bangun…aku gak mau
kehilangan kamu” tangisku mulai terdengar.
Tangan Karin tiba-tiba mulai bergerak.
Matanya kini perlahan-lahan terbuka. Ia menatapku dengan lemah dan tak berdaya,
“Fir..Firman…” ucap Karin pelan.
“Ya ini aku Karin. Aku sekarang berada
di sampingmu. Aku akan selalu menjagamu Karin. Sembuh ya Karinku sayang..??”
“Ma..makasih Fir…Firman. Tapi aku
ti..dak bisa. Sebe..lum ak…aku pergi, kamu ma..mau kan jadi ke..kasihku?” tanya
Karin.
“Jangan bilang begitu Karin. Kamu pasti
bisa sembuh. Yakinlah…!!!” jawabku menangis tersedu.
Karin menggelengkan kepalanya dan dia
kini memintaku untuk berkata lagi.
“Baiklah Karin. Hu..hu..hu aku
mencintaimu Karin..” kataku lirih.
“Ma..ka..sih Fir..man. ak..aku juga
cinta ka..mu” jawabnya dengan hembusan terakhirnya.
“Karin?? Karin?? Jangan tinggalkan
aku…!!! Tidak Karin…Tidak!!!!” tubuhku kini lunglai tak berdaya.
Hatiku kini hancur berkeping-keping. Aku
tak tahu apa yang harus aku lakukan saat ini. Kini Karin telah tiada disaat aku
benar-benar mencintainya.
Nisan bercat krem bertuliskan nama Karin
terpampang jelas. Aku masih saja meratapi kepergian Karin yang tidak akan
kembali untuk selamanya. Sapto mengajakku pulang dan menuntun aku yang masih
dalam kegalauan yang mendalam.
“Sap…Sapto. Bawa aku ke taman kota
sekarang ya?” pintaku.
“Baik Firman” jawab Sapto.
Sampai di taman kota. Aku duduk di kursi tempat aku dan
Karin dulu bercengkrama dan bersama. Aku mengingat kejadian indah itu bersama
Karin. Karin aku akan selalu mencintaimu. Satu kalimat terakhir untukmu Karin
akan aku simpan selalu di hatiku ini hingga aku mati. Tunggu aku Karin… I Love
You Forever…
THE
END
0 komentar:
Posting Komentar